Kamis, 05 Januari 2017

makalah hakikat pembelajaran ipa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri khas manusia adalah sifatnya yang selalu ingin tahu tentang sesuatu hal. Rasa ingin tahu ini tidak terbatas yang ada pada dirinya, juga ingin tahu tentang lingkungan sekitar, bahkan sekarang ini rasa ingin tahu berkembang ke arah dunia luar. Rasa ingin tahu ini tidak dibatasi oleh peradaban. Semua umat manusia di dunia ini punya rasa ingin tahu walaupun variasinya berbeda-beda. Penelitian demi penelitian dilakukan untuk menyempurnakan dan memuaskan rasa ingin tahu manusia. Perkembangan sains yang begitu pesat tidak dipisahkan dengan tingginya minat para penuntut ilmu baik dari jenjang SMP, SMA, dan Universitas, tak terkecuali di bangku SD. Keberhasilan suatu proses belajar mengajar di dalam kelas dipengaruhi langsung oleh guru yang mengajar. Dengan menggunakan strategi, pendekatan dan metode yang tepat dan sesuai dengan keadaan kelas akan sangat membantu guru untuk menyampaikan materi pembelajaran yang ingin di sajikan dan murid juga akan sangat mudah memahami materi tersebut. Maka dari itu setiap guru harus mengetahui hakikat, fungsi, tujuan, rambu-rambu dan ruang lingkup pembelajaran IPA khususnya di SD guna menanamkan dasar-dasar IPA kepada para siswa. B. Rumusan Masalah 1. Apakah hakikat pembelajaran IPA di SD? 2. Apa saja fungsi dan tujuan pembelajaran IPA di SD? 3. Apa saja rambu-rambu dan ruang lingkup pembelajaran IPA di SD? C. Tujuan 1. Dapat menjelaskan hakikat pembelajaran IPA di SD. 2. Dapat menjelaskan fungsi dan tujuan pembelajaran IPA di SD. 3. Dapat menjelaskan rambu-rambu dan ruang lingkup pembelajaran IPA di SD.   BAB II PEMBAHASAN A. Hakekat Pembelajaran IPA di SD Menurut Hendro Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis (1993: 7) “Pembelajaran IPA didasarkan pada hakikat IPA sendiri yaitu dari segi proses, produk, dan pengembangan sikap”. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebisa mungkin didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan analisis rasional. Dalam hal ini juga digunakan sikap tertentu, misalnya berusaha berlaku seobjektif mungkin dan jujur dalam mengumpulkan dan mengevaluasi data. Proses dan sikap ilmiah ini akan melahirkan penemuan-penemuan baru yang menjadi produk IPA. Jadi dalam pembelajaran IPA siswa tidak hanya diberi pengetahuan saja atau berbagai fakta yang dihafal, tetapi siswa dituntut untuk aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam. 1. Hakekat IPA dari Segi Produk Produk IPA adalah sekumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Produk IPA yang disebut istilah adalah sebutan, simbol atau nama dari benda-benda dan gejala-gejala alam, orang, atau tempat. Contoh: a. Malaria (sebutan). b. Lamda (simbol untuk panjang gelombang). c. Matahari (nama benda). d. Angin puting beliung (gejala alam). e. Newton (nama orang). f. Galapagos (nama tempat). Produk dalam IPA dapat berupa prosedur. Prosedur diartikan sebagai langkah-langkah dari suatu rangkaian kejadian, suatu proses, atau suatu kerja (Susanto, 1991: 4). 2. Hakekat IPA dari Segi Proses Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai proses mengandung pengertian cara berpikir dan bertindak untuk menghadapi atau merespon masalah-masalah yang ada di lingkungan. Jadi, IPA sebagai proses menyangkut cara kerja untuk memperoleh hasil (produk) inilah yang kemudian dikenal sebagai proses ilmiah. Melalui proses-proses ilmiah ini berupa kegiatan ilmiah yang disebut sebagai inkuiri atau penyelidikan ilmiah. Beberapa proses IPA yang dikembangkan para ilmuwan dalam mencari pengetahuan dan kebenaran ilmiah itulah yang kemudian disebut sebagai keterampilan proses IPA. Menurut Moejiono dan Dimyati (1992: 16) keterampilan proses IPA dibedakan menjadi dua kelompok yaitu, keterampilan proses dan keterampilan proses terintegrasi. Keterampilan-keterampilan proses dasar dijadikan dasar untuk keterampilan-keterampilan proses terintegrasi yang lebih kompleks. Contoh: seseorang untuk dapat menabulasikan data (jenis keterampilan proses terintegrasi) maka orang tersebut pharus memiliki keterampilan mengukur (jenis keterampilan proses dasar). Jenis-jenis keterampilan proses dan pengertiannya, yaitu: a. Mengamati, merupakan kegiatan yang melibatkan satu atau lebih alat indera. Pada tahap pengamatan orang hanya mengatakan kejadian yang mereka lihat, dengar, raba, rasa, dan cium. Pada tahap ini seseorang belajar mengumpulkan petunjuk. Kegiatan inilah yang membedakan antara pengamatan dengan penarikan kesimpulan atau pengajuan pendapat. b. Menggolongkan, merupakan kegiatan memilah berbagai obyek dan/atau peristiwa berdasarkan persamaan sifat khususnya, sehingga diperoleh kelompok sejenis dari obyek atau peristiwa yang dimaksud. c. Mengukur, merupakan kegiatan membandingkan benda yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. d. Mengkomunikasikan, adalah kegiatan menyampaikan perolehan fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk audio, visual, dan audio visual. Cara-cara komunikasi yang sering digunakan dalam ilmu pengetahuan selain dengan bahasa tulis maupun lisan adalah melalui sajian bentuk grafik, tabel, gambar, bagan, simbol atau lambang, persamaan matematika. e. Menginterpretasi adalah memberi makna pada data yang diperoleh dari pengamatan karena data tidak berarti apa-apa sebelum diartikan. Menginterpretasi berarti memberi arti atau makna, misal: mengartikan tabel data juga mengartikan grafik data. f. Memprediksi, ialah menduga sesuatu yang akan terjadi berdasarkan pola-pola peristiwa atau fakta yang sudah terjadi. 3. Hakekat IPA dari Segi Sikap Ilmiah “Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh iluwan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 1997: 11). Sikap ilmiah meliputi: a. Obyektif terhadap fakta, obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang. b. Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan, bila data yang ada belum cukup mendukung, maka seorang pengamattidak dapat menarik kesimpulan untuk membuktikan teorinya. c. Berhati terbuka, bersedia meminta pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri, dan sebaliknya. d. Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat. e. Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benar-benar akurat. f. Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi. Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada umumnya, hal itu merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki. B. Fungsi dan Tujuan IPA di SD 1. Fungsi IPA di SD Mata pelajaran IPA di SD dan Madrasah Ibtidaiyah berfungsi untuk menguasai konsep dan manfaat Sains dalam kehidupan sehari-hari dan berfungsi untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Adapun secara rinci fungsi mata pelajaran IPA dijelaskan dalam Sumaji (2006: 35) antara lain ialah: a. Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupn untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, b. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep IPA, c. Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, d. Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahanya sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan Pencipta-Nya, e. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa, f. Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang IPTEK, g. Memupuk serta mengembangkan minat siswa terhadap IPA. 2. Tujuan IPA di SD Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1993: 6), tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebagai berikut: a. Memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan buatan manusia serta konsep-konsep IPA yang terkandung di dalamnya; b. Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA, berupa “keterampilan proses” atau metode ilmiah yang sederhana; c. Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan masalah yang dihadapinya, serta menyadari kebesaran penciptanya; dan d. Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Adapun tujuan pembelajaran Sains di sekolah dasar berdasarkan kurikulum 2004 yaitu: a. Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep Sains yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, b. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains dan teknologi, c. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, d. Ikut serta dalam memelihara, manjaga, dan melestarikan lingkungan alam, e. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, dan menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan (Depdiknas, 2003: 27). Tujuan pendidikan IPA di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah agar peserta didik mampu memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. (Mulyasa, 2010: 111). Dengan demikian pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat melatih dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan dapat melatih siswa untuk dapat berpikir serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya. Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada siswa sebisa mungkin disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia dan karakteristik siswa Sekolah Dasar, sehingga siswa dapat menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari. C. Rambu-rmabu dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD 1. Rambu-rambu Pembelajaran IPA di SD a. Bahan kajian sains untuk kelas I dan II tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi diajarkan secara tematis. b. Aspek kerja ilmiah bukanlah bahan ajar, melainkan cara untuk menyampaikan bahan pembelajaran. Oleh karena itu aspek kerja ilmiah terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan kegiatan dalam aspek ini disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak artinya tidak perlu mengikuti seluruh aspek pada setiap kegiatan. Aspek kerja ilmiah tersebut disusun bergradasi untuk kelas I dan II, kelas III dan IV, serta kelas V dan VI. c. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Sains berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan “apa yang akan dipelajari” ke ‘bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa”. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain. d. Pemberian pengalaman belajar secara langsung sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah. e. Pembelajaran sains dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pengamatan, pengujian/penelitian, diskusi, penggalian informasi mandiri melalui tugas baca, wawancara nara sumber, simulasi/ bermain peran, nyanyian, demonstrasi/peragaan model. f. Kegiatan pembelajaran lebih diarahkan pada pengalaman belajar langsung daripada pengajaran (mengajar). Guru berperan sebagai fasilitator sehingga siswa lebih aktif berperan dalam proses belajar. Guru membiasakan memberi peluang seluas-luasnya agar siswadapat belajar lebih bermakna dengan memberi respon yang mengaktifkan semua siswa secara positip dan edukatif. g. Apabila dipandang perlu, guru diperkenankan mengubah urutan materi asal masih dalam semester yang sama. h. Guru dapat memberikan tugas proyek yang perlu dikerjakan serta ditinjau ulang untuk senantiasa menyempurnakan hasil. Tugas proyek ini diharapkan menyangkut Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (Salingtemas) secara nyata dalam konteks pengembangan teknologi sederhana, penelitian dan pengujian, pembuatan sari bacaan, pembuatan kliping, penulisan gagasan ilmiah atau sejenisnya dengan demikian, tujuan pembelajaran untuk masing-masing mata pelajaran serta kompetensi pendidikan yang diharapkan akan tetap tercapai. Tugas proyek hendaknya dikaitkan dengan kompetensi mata pelajaran lain di luar sains, hal ini untuk menghindari pengelapan. Setiap kompetensi yang berkaitan dengan mata pelajaran lain perlu dinilai dalam kegiatan belajar proyek tersebut. i. Penilaian tentang kemajuan belajar siswa dilakukan selama proses pembelajaran. Penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode tetapi dilakukan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya hasil (produk). Penilaian Sains dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti tes perbuatan, tes tertulis, pengamatan, kuesioner, skala sikap, portofolio, hasil proyek. Dengan demikian, lingkup penilaian Sains dapat dilakukan baik pada hasil belajar (akhir kegiatan) maupun pada proses perolehan hasil belaj ar (selama kegiatan belajar). Hasil penilaian dapat diwujudkan dalam bentuk nilai dengan ukuran kuantitatif ataupun dalam bentuk komentar deskriptif kualitatif. j. Pada kolom Hasil Belajar dan indikator diberikan tambahan penanda bintang (*) dan pagar (#). Tanda (*) adalah sebagai bahan untuk pengayaan bagi siswa yang berkemampuan lebih, sedangkan tanda (#) artinya perlu penekanan dalam pembelajaran. 2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD Ruang lingkup mata pelajaran Sains meliputi dua aspek: a. Kerja ilmiah yang mencakup: penyelidikan/penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah. b. Pemahaman Konsep dan Penerapannya, yang mencakup: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas; 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. 5) Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (salingtemas) merupakan penerapan konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat.   BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pembelajaran IPA didasarkan pada hakikat IPA sendiri yaitu dari segi proses, produk, dan pengembangan sikap. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebisa mungkin didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan analisis rasional. Dalam hal ini juga digunakan sikap tertentu, misalnya berusaha berlaku seobjektif mungkin dan jujur dalam mengumpulkan dan mengevaluasi data. Proses dan sikap ilmiah ini akan melahirkan penemuan-penemuan baru yang menjadi produk IPA. Jadi, dalam pembelajaran IPA guru maupun siswa dituntut untuk mematuhi setiap rambu-rambu pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, disamping itu siswa tidak hanya diberi pengetahuan saja atau berbagai fakta yang dihafal, tetapi siswa dituntut untuk aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam. B. Saran Sebagai seorang calon guru yang nantinya akan mengajar dalam kelas, kita harus memiliki wawasan yang luas, tentang hakikat, fungsi, tujuan, rambu-rambu dan ruang lingkup dari pembelajaran IPA yang dibawakan di sekolah dasar.  DAFTAR PUSTAKA Darmodjo, Hendro dan Jenny B.E. Kaligis. 1991. Pendidikan IPA 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Iskandar, Srini M. 1996. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum 2004. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran SAINS SD dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Murtono. 2013. Modul Pengembangan Model Pembelajaran IPA bagi Siswa Madrasah Ibtidaiyah. Pusat kurikulum, Balitbang Diknas. 2003. Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar