Winda Andy
Minggu, 23 April 2017
Peran Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Dana BOS
MAKALAH
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
KEMAMPUAN MANEJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA DANA BOS
Oleh
KELOMPOK I
1. SUCI MUSFIRA (1447040035)
2. FEBY RAMADHANI (1447040037)
3. A.WINDA (1447040041)
4. TITINURWAHDANIAH (1447040042)
5. M.FATHUL HIDAYATULLAH (1447040027)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dalam Mengelola Dana Bos” dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Shalawat senantiasa kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyyah ke zaman islamiyah.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen Berbasis Sekolah”. Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan dari pembaca. Dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, Maret 2017
DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar isi ii
Bab I Pendahuluan 1
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 1
C. Tujuan penulisan 1
D. Manfaat penulisan 2
Bab II Pembahasan 3
A. Kepala sekolah 3
B. Manajemen 4
C. Dana BOS 5
D. Peran kepala sekolah dalam mengelolah dana BOS 9
Bab III Penutup 13
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
Daftar Pustaka 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya kebutuhan dalam pendidikan, mendorong pemerintah Indonesia menyalurkan berbagai bantuan demi kelangsungan pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dana bantuan operasional Sekolah (BOS) diperuntukkan bagi setiap sekolah tingkat dasar di Indonesia dengan tujuan meningkatkan beban biaya pendidikan demi tuntasnya wajib belajar sembilan tahun yang bermutu.
Namun kebijakan Dana BOS bukan berarti behentinya permsalahan pendidikan, masalah baru muncul terkait dengan penyelewengan dana BOS, dan ketidakefektifan pengelolan dana BOS, tujuan dari pemerintah sendiri baik, namun terkadang sistem yang ada menjadi bumerang dan menghadirkan masalah baru, selain itu pribadi dan budaya manusia Indonesia ikut berpengaruh terhadap penyelewengan dan ketidakefektifan pengelolaan dana BOS. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama semua elemen dalam mewujudkan efektifitas pengelolaan dana BOS.
Oleh karena itu, kami memilih untuk mengangkat masalah pengelolaan dana BOS serta permasalahannya, sehingga mudah-mudahan makalah kecil ini bisa memberikan gambaran bagi para pembaca terkait dengan pengelolaan dana BOS serta permaslahannya, solusi yang muncul bukan berarti solusi terbaik, ini hanyalah sedikit sumbangan pemikiran dari kami untuk perkembangan pendidikan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kepala sekolah?
2. Apa yang dimaksud dengan manajemen?
3. Bagaimana pelaksanaan dan penggunaan dana BOS?
4. Bagaimana peran kepala sekolah dalam mengelola dana BOS?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan fungsi, dan tugas kepala sekolah
2. Untuk mengetahui pengertian manajemen.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan dan penggunaan dana BOS.
4. Untuk megetahui peran kepala sekolah dalam mengelola dana BOS.
D. Manfaat Penulisan
1. Dapat memperbaiki pelayanan pendidikan guna meningkatkan prestasi dan mutu pendidikan.
2. Sebagai calon guru dapat mempergunakan ilmunya di masa yang akan datang untuk mengelola dana yang diberikan kepada sekolahnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kepala Sekolah
Secara etimologi, kepala sekolah merupakan padanan dari school principal yang tugas kesehariannya menjalankan principalship atau kekepalasekolahan. Istilah kekepalasekolahan mengandung makna sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. Penjelasan ini dipandang penting, karena terdapat beberapa istilah untuk menyebut jabatan kepala sekolah, seperti administrasi sekolah (school administrator), pimpinan sekolah (school leader), manajer sekolah (school manajer), dan sebagainya.
1. Kriteria menjadi kepala sekolah
Seorang guru harus mempunyai kriteria atau kualifikasi umum untuk menjadi seorang kepala sekolah, yaitu:
a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi.
b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun.
c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun menurut jenjang sekolah masing-masing. Untuk Taman Kanak-Kanak atau Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 tahun di TK/RA.
d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan non PNS disertakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.
2. Tugas dan fungsi
a. Tugas
Tugas utama kepala sekolah sebagai pemimpin adalah mengatur situasi, mengendalikan kegiatan kelompok, organisasi atau lembaga, dan menjadi juru bicara kelompok. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, terutama untuk memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar, kepala sekolah dituntut untuk berperan ganda, baik sebagai:
1) Catalyst, Kepala sekolah berperan meyakinkan orang lain tentang perlunya perubahan menuju kondisi yang lebih baik.
2) Solution givers, Kepala sekolah berperan mengingatkan terhadap tujuan akhir dari perubahan.
3) Process helpers, Kepala sekolah berperan membantu kelancaran proses perubahan, khususnya menyelesaikan masalah dan membina hubungan antara pihak-pihak yang terkait.
4) Resource linker, Kepala sekolah berperan menghubungkan orang dengan sumber dana yang diperlukan.
b. Fungsi
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin seharusnya dalam praktik sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktokkan fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan sekolah, yaitu:
1) Kepala sekolah harus dapat memperlakukan sama terhadap orang-orang yang menjadi bawahannya, sehingga tidak terjadi diskriminasi, sebaliknya dapat diciptakan semangat kebersamaan di antara mereka yaitu guru, staf, dan para siswa.
2) Sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam melaksanakan tugas. Para guru, staf dan siswa suatu sekolah hendaknya selalu mendapatkan saran anjuran dari kepala sekolah sehingga dengan saran tersebut selalu dapat memelihara bahkan meningkatkan semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing.
3) Dalam mencapai tujuan setiap organisasi memerlukan dukungan, dana, sarana dan sebagainya. Kepala sekolah bertanggung jawab untuk memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru, staf, dan siswa, baik berupa dana, peralatan, waktu, bahkan suasana yang mendukung.
4) Kepala sekolah berperan sebagai katalisator, dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf, dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
5) Kepala sekolah sebagai pemimpin harus dapat menciptakan rasa aman di lingkungan sekolah.
6) Kepala sekolah pada hakekatnya adalah sumber semangat bagi para guru, staf, dan siswa. Oleh sebab itu kepala sekolah harus selalu membangkitkan semangat para guru, staf, dan siswa.
7) Setiap orang dalam kehidupan organisasi baik secara pribadi maupun kelompok, kebutuhannya diperhatikan dan dipenuhi. Penghargaan dan pengakuan ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan mengikuti pendidikan, dan sebagainya.
B. Pengertian Manajemen
Dilihat dari segi defenisi, banyak rumusan yang telah dikemukakan oleh para sarjana yang bekecimpung dibidang ilmu manajemen. Rumusan yang satu dengan yang lainnya mempunyai perbedaan yakni didasarkan pada sudut pandang dan latar belakang pengetahuan yang berbeda-beda, namun hakekat pengertianya kurang lebih sama. Menurut Arismunandar (2002:15) bahwa manajemen didefenisikan sebagai segala aktivitas dalam mengatur, mengkoordinasikan, dan memamfaatkan sumber daya organisasi bagi pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Selanjutnya menurut Sutopo (1999:14) bahwa manajemen adalah proses pengintegrasian, pengkoordinasian dan atau pemamfaatan elemen-elemen suatu kelompok untuk mencapai tujuan secara efisien.
Manajemen menurut Zain (2004:10) adalah suatu proses yang khas yang terjadi dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan melalui pemamfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Lebih lanjut Hasibuan (2004: 32) bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemamfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Zain (2000:23) bahwa pada hakekatnyamanajemen adalah suatu kerja sama orang-orang untuk mencapai suatu tujuan yang lebih disepakati bersama dengan sistematis, efisien, dan efektif. Sagala (2006:13) mendefinisikan manajemen sebagai proses kerja sama melalui orang-orang atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi diterapkan pada semua bentuk dan jenis organisasi. Millett dalam (Siswanto) membatasi manajemen adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan. Menurut Siswanto (2005:2) mengemukakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumber daya organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi.
Berdasarkan dari beberapa pengertian manajemen di atas, maka jelaslah bahwa manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengefisienkan dan mengefektifkan pencapaian tujuan organisasi melalui pemamfaatan sumber daya manusia lainnya yang dibutuhkan atau suatu usaha mencapai tujuan dengan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan.
C. Dana BOS
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya non personalia bagi satuan pendidikan dasar dan menengah pertama sebagai wujud pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun. BOS diprioritaskan untuk biaya operasional non personal, meskipun dimungkinkan untuk membiayai beberapa kegiatan lain yang tergolong dalam biaya personil dan biaya investasi. Tujuan umum program BOS untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar sembilan tahun yang bermutu. Sasaran program BOS adalah semua siswa (peserta didik) dijenjang Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsyanawiyah (MTs), termasuk Sekolah Menengah Terbuka (SMPT) dan Pusat Kegiatan Belajar Mandiri (PKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia.
Menurut Peraturan Mendiknas nomor 69 Tahun 2009, standar biaya operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan. BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS. Secara khusus program BOS bertujuan untuk:
1. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SMPT (Terbuka) negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI). Sumbangan/pungutan bagi sekolah RSBI dan SBI harus tetap mempertimbangkan fungsi pendidikan sebagai kegiatan nirlaba, sehingga sumbangan/pungutan tidak boleh berlebih
2. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;
3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.
Dana BOS dapat diperoleh oleh semua sekolah baik itu negeri maupun swasta. Khusus sekolah swasta harus memiliki ijin operasional (program penyelenggaraan pendidikan). Sekolah yang bersedia menerima B0S harus menandatangani surat perjanjian pemberian bantuan dan bersedia mengikuti ketentuan yang tertuang dalam buku petunjuk pelaksanaan.
Sekolah kaya/ mapan yang mampu secara ekonomi yang saat ini memiliki penerimaan lebih besar dari dana BOS mempunyai hak untuk menolak BOS tersebut. Sehingga tidak wajib untuk melaksanakan ketentuan yang tertuang dalam buku petunjuk pelaksanan. Keputusan atas penolakan BOS harus melalui persetujuan orang tua siswa dan komite sekolah, bilamana di sekolah terdapat siswa miskin, sekolah harus dapat menjamin kelangsungan siswa tersebut.
Penggunaan dana BOS di sekolah umum atau madrasah harus pada kesepakatan dan keputusan antara Kepala Sekolah/ Dewan Guru dan Komite Sekolah Madrasah, yang harus didaftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam RAPBS, disamping dana yang diperoleh dan Pemda atau sumber lain (block grant, hasil unit produksi, sumbangan lain, dan sebagainya). Dalam pelaksanaannya, dana BOS tidak boleh digunakan untuk:
1. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan.
2. Dipinjamkan kepada pihak lain.
3. Membayar bonus, transportasi, atau pakaian yang tidak berkaitan dengan kepentingan murid
4. Membangun gedung/ruangan baru
5. Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran
6. Menanamkan saham
7. Membiayai segala jenis kegiatan yang telah dibiaya dari sumber dana pemerintahan pusat atau daerah, misalnya guru kontrak/guru bantu dan kelebihan jam mengajar.
Dana BOS pada prinsipnya agar bisa disalurkan kepada sekolah lebih efektif dan efisien, dan pengelolaannya menjadi wewenang masing-masing sekolah dengan pengawasan pihak Tim BOS kabupaten/kota. Dalam buku panduan BOS, prinsip dasar dana BOS adalah sebagai berikut:
1. Penyaluran Dana BOS tidak mengubah prinsip dasar pengelolaan Dana BOS di sekolah.
2. BOS tidak terlambat disalurkan ke sekolah setiap Triwulannya.
3. Penyaluran dana BOS dalam bentuk uang tunai (tidak dalam bentuk barang), tepat jumlah, dan tepat sasaran.
4. BOS tidak digunakan untuk kepentingan di luar BOS. Petunjuk pelaksanaan/penggunaan tetap berpedoman pada Panduan Kemendiknas.
5. Penyaluran Dana BOS ke Sekolah tidak perlu menunggu pengesahan APBD.
6. Disamping menyediakan BOSDA (Bantuan Operasional Sekolah di Daerah), Kab./Kota harus menyediakan dana untuk manajemen Tim BOS Kab./Kota (termasuk monitoring dan evaluasi).
7. Kewenangan mengelola dana BOS tetap berada di sekolah (prinsip Manajemen Berbasis Sekolah).
Dalam pelaksanaannya dana BOS memiliki kelebihan dan kelemahan, diantaranya:
1. Kelebihan
Dalam pelaksanaannya dana BOS memiliki manfaat atau kelebihan seperti:
a. Kemungkinan terlaksananya program pemerintah wajar(wajib belajar) 9 tahun yang bermutu.
b. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.
c. Terlaksananya program pemerataan dan perluasan akses, program peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, serta program tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik
d. Seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri bebas dari pungutan terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI)
e. Tidak ada siswa miskin putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran/pungutan yang dilakukan oleh sekolah
f. Tidak ada tamatan SD/setara, tidak dapat melanjutkan ke SMP/setara. Atau untuk kedepannya tidak ada lagi pendidikan terakhir anak Indonesia hanya tamatan SD
g. Meningkatnya pemberdayaan sekolah dalam rangka peningkatan akses, mutu dan manajemen sekolah
h. Pembiayaan seluruh kegiatan di sekolah yang berhubungan dengan proses pembelajaran dan yang mendukungnya dapat terpenuhi.
2. Kekurangan
Dalam pelaksanaannya dana BOS memiliki kekurangan seperti:
a. Pemerintah dan perencana kebijakan APBN harus “pusing” memikirkan dan menyediakan pengalokasian dana BOS yang 20% dari keseluruhan APBN
b. Ajang baru untuk mengembangkan tradisi nasional korupsi bagi kepala sekolah dan pengurus BOS yang nakal.
c. Tambahan tugas ekstra bagi kepala sekolah dan guru yang ditunjuk/dipilih sebagai pegurus BOS. Tapi ada “honornya” kok, jadi tidak akan menjadi beban yang memberatkan.
d. Kemungkinan munculnya profesi ganda (PNS-businesman) oknum pegawai UPTD/dinas pendidikan yang nakal. Biasanya mengatasnamakan kedinasan dalam membuat kesepakatan agar pihak sekolah order barang/jasa keperluan sekolah melalui mereka dengan harga yang terbilang tidak murah
e. Kemungkinan prestasi belajar siswa menurun. Sebelum ada dana BOS, siswa dipunguti biaya untuk biaya operasional sekolah. Karena uang tersebut adalah hasil keringat orang tuanya maka siswa diwanti-wanti untuk belajar bersungguh-sungguh. Setiap malam orang tuanya memastikan siswa mengulang pelajarannya di rumah. Setelah ada dana BOS, Perlahan-lahan berubah.
f. Siswa tidak merasa “memiliki” buku-buku dan penunjang pelajaran lainnya di sekolah, karena diberikan secara gratis. Ini terlihat dari cepat rusaknya barang-barang tersebut sebelum tahun pelajaran berakhir, bahkan ada yang hilang
g. Minimnya sosialisasi secara offline membuat masyarakat masih banyak yang bingung tentang dana BOS.
D. Peran Kepala Sekolah Dalam Mengelola dana Bos
Kepala sekolah sebagai manajer sekolah mempunyai tugas dalam mengelolah dana BOS, yaitu:
1. Mengarahkan pelaksanaan program BOS sesuai ketentuan;
2. Membuat RKAS yang mencakup seluruh sumber penerimaan sekolah ( Formulir BOS-K1 dan BOS-K2);
3. Memverifikasi jumlah dana yang di terima dengan data peserta didik yang ada;
4. Mengelola dana BOS secara bertanggungjawab dan transparan;
5. Mengumumkan besar dana yang di terima dan dikelola oleh sekolah dan rencana penggunaan dana BOS (RKAS) di papan pengumuman sekolah yang ditandatangani oleh Kepala Sekolah , Bendahara dan Ketua Komite Sekolah (Formulir BOS-03);
6. Mengumumkan penggunaan dana BOS di papan pengumuman (Formulir BOS-04);
7. Bertanggungjawab secara formal dan material atas penggunaan dana BOS yang diterimanya;
8. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat ;
9. Memasang spanduk di sekolah terkait kebijakan pendidikan bebas pungutan (Formulir BOS-05);
10. Menandatangani surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa BOS yang diterima telah digunakan sesuai NPH BOS (Lampiran Format BOS-07);
11. Mengusulkan daftar nama penerima BSM.
Penggunaan dana BOS didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara kepala sekolah/dewan guru dan komite sekolah (Dirjen Mandikdasmen, 2009). Dana BOS biasanya digunakan untuk:
1. Penerimaan seluruh kegiatan dalam rangka Penerimaan Siswa Baru (PSB): biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran dan pendaftaran ulang.
2. Pembelian buku teks pelajaran dan buku referensi untuk dikoleksi di perpustakaan.
3. Pembelian bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langgaran Koran, dan kebutuhan harian sekolah lainnya.
4. Pembiyaan kegiatan siswa: program remedial, pengayaan, ekstrakuriler.
5. Pembiayaan ulangan dan evaluasi: ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan hasil belajar siswa.
6. Pengembangan profesi guru, pelatihan KKG dan MKKS.
7. Pembiayaan perawatan dan pemeliharaan sekolah
8. Pembiayaan langganan daya dan jasa: listrik, air, telepon.
9. Pembiayaan honorarium guru dan tenaga kependidikan honorer sekolah yang tidak dibiayai pemerintah.
10. Pemberian bantuan transportasi bagi siswa tidak mampu.
11. Pembiayaan pengelolaan BOS: ATK, penggandaan, surat menyurat dan penyusunan laporan.
12. Bila seluruh komponen di atas terpenuhi pendanaannya dari BOS dan masih terdapat sisa maka dapat digunakan untuk membeli alat peraga, dan media pembelajaran. Sementara biaya transportasi dan uang lelah bagi guru PNS diperbolehkan hanya dalam rangka penyelenggaraan suatu kegiatan sekolah selain kewajiban mengajar. Besaran biayanya dalam batas kewajaran.
Kepala sekolah sebagai pengelolah dana BOS dapat dibantu oleh tim administrasi dana BOS. Penetapan Tim Manajemen BOS tingkat sekolah ditetapkan berdasarkan surat keputusan yang dibuat oleh Kepala Sekolah. Secara struktural, pelaksana manajemen BOS di sekolah dasar adalah sebagai berikut:.
1. Penanggungjawab: Kepala Sekolah.
2. Tim Pelaksana BOS: Bendahara
3. Unsur lainnya: Satu orang dari unsur orang tua siswa diluar komite sekolah. Pemilihan unsur orang tua dipilih oleh Kepala Sekolah dan Komite Sekolah dengan mempertimbangkan kredibilitasnya, serta menghindari terjadinya konflik kepentingan.
Adapun tugas dan tanggung jawab sekolah serta perangkat administrasi yang diperlukan adalah sebagai berikut (Dirjen Mandikdasmen, 2009):
1. Melakukan Verifikasi jumlah dana yang diterima dengan data siswa yang ada. Bila Jumlah dana yang diterima lebih dari yang semestinya, maka harus segera mengembalikan kelebihan dana tersebut ke rekening Tim Manajemen BOS Provinsi dengan meberitahukan ke tim Manajemen BOS Kab/Kota.
2. Khusus bagi sekolah SBI dan RSBI serta sekolah swasta, Tim Sekolah Mengidentifikasi siswa miskin dan membebaskan dari segala jenis iuran.
3. Mengelola dana BOS secara bertanggungjawab dan tansparan.
4. Mengumumkan daftar komponen yang boleh dan yang tidak boleh dibiayai oleh dana BOS serta penggunaan dana BOS disekolah menurut komponen dan besar dananya di papan pengumuman sekolah.
5. Mengumumkan besar dana yang diterima dan dikelola oleh sekolah dan rencana penggunaan dana BOS (BOS -11A dan BOS-K1) di Papan pengumuman sekolah yang ditandatangani oleh Kepala Sekolah, Bendahara dan Ketua Komite Sekolah.
6. Membuat laporan bulanan pengeluaran dana BOS dan barang-barang yang dibeli oleh sekolah (BOS-11B dan BOS-K2) yang ditandatangani oleh Kepala Sekolah, Bendahara, dan Ketua Komite Sekolah.
7. Mengumumkan laporan bulanan pengeluaran dana BOS dan barang-barang yang dibeli oleh sekolah (BOS-11B dan BOS-K2) tersebut di atas di papan pengumuman setiap 3 bulan.
8. Bertanggungjawab terhadap penyimpangan penggunaan dana di sekolah.
9. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat.
10. Melaporkan penggunaan dana BOS kepada Tim Manajemen BOS Kab/Kota.
11. Memasang spanduk di sekolah terkait kebijakan sekolah gratis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepala sekolah sebagai manajer sekolah mempunyai peranan penting dalam mengelolah administrasi sekolah, seperti dalam pengelolaan dana BOS, seorang kepala sekolah harus mampu mengatur setiap pemasukan atau bantuan yang
A. Saran
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengelolah dana bos seorang kepala sekolah dibantu oleh staf atau tim manajemen dana BOS yang memiliki tugasnya masing-masing. Oleh karenanya seorang kepala sekolah haruslah mampu bekerja sama dengan tim yang tergabung dalam struktur pengelolah dana BOS.
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar, 2002. Manajemen Berbasis Sekolah: Antara Harapan dan Kenyataan. Makalah. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta Bekerja Sama Dengan Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia.
Direktori UPI. 2010. Model manajemen bantuan operasional sekolah dasar di wilayah Bandung Utara. Jurnal Pendidikan Dasar.
http://aaktono.blogspot.co.id/2015/07/makalah-pengelolaan-bos-di-sekolah-dasar.html
https://asmoni.wordpress.com/implementasi-dana-bantuan-operasional-sekolah-bos-terhadap peningkatan-mutu-sekolah/
Anonim. 2010. Kepala Sekolah. https://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_sekolah (diakses tanggal 18 Maret 2017 pukul 18.42 pm)
http://kantorsdku.blogspot.co.id/2016/12/tugas-dan-tanggung-jawab-tim-manajemen.html\
http://www.gurukelas.com/2012/04/manfaat-dana-bos-dan-potensi-kerugiankelemahannya.html
http://www.kompasiana.com/ramdan69/bos-dan-peningkatan-kualitas-pendidikan.
Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Jakarta, Nimas Multima.
Siswanto. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta, Bumi Aksara.
Zain, Muhammad. 2004. Evaluasi Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah pada Sekolah Dasar Binaan United Nation Chilrden”s Fund di Kecamatan Tinambung dan Kecamatan Tapango Kabupaten Polmas. Tesis. Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.
Kamis, 05 Januari 2017
makalah hakikat pembelajaran ipa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri khas manusia adalah sifatnya yang selalu ingin tahu tentang sesuatu hal. Rasa ingin tahu ini tidak terbatas yang ada pada dirinya, juga ingin tahu tentang lingkungan sekitar, bahkan sekarang ini rasa ingin tahu berkembang ke arah dunia luar. Rasa ingin tahu ini tidak dibatasi oleh peradaban. Semua umat manusia di dunia ini punya rasa ingin tahu walaupun variasinya berbeda-beda. Penelitian demi penelitian dilakukan untuk menyempurnakan dan memuaskan rasa ingin tahu manusia. Perkembangan sains yang begitu pesat tidak dipisahkan dengan tingginya minat para penuntut ilmu baik dari jenjang SMP, SMA, dan Universitas, tak terkecuali di bangku SD.
Keberhasilan suatu proses belajar mengajar di dalam kelas dipengaruhi langsung oleh guru yang mengajar. Dengan menggunakan strategi, pendekatan dan metode yang tepat dan sesuai dengan keadaan kelas akan sangat membantu guru untuk menyampaikan materi pembelajaran yang ingin di sajikan dan murid juga akan sangat mudah memahami materi tersebut. Maka dari itu setiap guru harus mengetahui hakikat, fungsi, tujuan, rambu-rambu dan ruang lingkup pembelajaran IPA khususnya di SD guna menanamkan dasar-dasar IPA kepada para siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah hakikat pembelajaran IPA di SD?
2. Apa saja fungsi dan tujuan pembelajaran IPA di SD?
3. Apa saja rambu-rambu dan ruang lingkup pembelajaran IPA di SD?
C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan hakikat pembelajaran IPA di SD.
2. Dapat menjelaskan fungsi dan tujuan pembelajaran IPA di SD.
3. Dapat menjelaskan rambu-rambu dan ruang lingkup pembelajaran IPA di SD.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Pembelajaran IPA di SD
Menurut Hendro Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis (1993: 7) “Pembelajaran IPA didasarkan pada hakikat IPA sendiri yaitu dari segi proses, produk, dan pengembangan sikap”. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebisa mungkin didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan analisis rasional. Dalam hal ini juga digunakan sikap tertentu, misalnya berusaha berlaku seobjektif mungkin dan jujur dalam mengumpulkan dan mengevaluasi data. Proses dan sikap ilmiah ini akan melahirkan penemuan-penemuan baru yang menjadi produk IPA. Jadi dalam pembelajaran IPA siswa tidak hanya diberi pengetahuan saja atau berbagai fakta yang dihafal, tetapi siswa dituntut untuk aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam.
1. Hakekat IPA dari Segi Produk
Produk IPA adalah sekumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Produk IPA yang disebut istilah adalah sebutan, simbol atau nama dari benda-benda dan gejala-gejala alam, orang, atau tempat. Contoh:
a. Malaria (sebutan).
b. Lamda (simbol untuk panjang gelombang).
c. Matahari (nama benda).
d. Angin puting beliung (gejala alam).
e. Newton (nama orang).
f. Galapagos (nama tempat).
Produk dalam IPA dapat berupa prosedur. Prosedur diartikan sebagai langkah-langkah dari suatu rangkaian kejadian, suatu proses, atau suatu kerja (Susanto, 1991: 4).
2. Hakekat IPA dari Segi Proses
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai proses mengandung pengertian cara berpikir dan bertindak untuk menghadapi atau merespon masalah-masalah yang ada di lingkungan. Jadi, IPA sebagai proses menyangkut cara kerja untuk memperoleh hasil (produk) inilah yang kemudian dikenal sebagai proses ilmiah. Melalui proses-proses ilmiah ini berupa kegiatan ilmiah yang disebut sebagai inkuiri atau penyelidikan ilmiah.
Beberapa proses IPA yang dikembangkan para ilmuwan dalam mencari pengetahuan dan kebenaran ilmiah itulah yang kemudian disebut sebagai keterampilan proses IPA. Menurut Moejiono dan Dimyati (1992: 16) keterampilan proses IPA dibedakan menjadi dua kelompok yaitu, keterampilan proses dan keterampilan proses terintegrasi. Keterampilan-keterampilan proses dasar dijadikan dasar untuk keterampilan-keterampilan proses terintegrasi yang lebih kompleks. Contoh: seseorang untuk dapat menabulasikan data (jenis keterampilan proses terintegrasi) maka orang tersebut pharus memiliki keterampilan mengukur (jenis keterampilan proses dasar).
Jenis-jenis keterampilan proses dan pengertiannya, yaitu:
a. Mengamati, merupakan kegiatan yang melibatkan satu atau lebih alat indera. Pada tahap pengamatan orang hanya mengatakan kejadian yang mereka lihat, dengar, raba, rasa, dan cium. Pada tahap ini seseorang belajar mengumpulkan petunjuk. Kegiatan inilah yang membedakan antara pengamatan dengan penarikan kesimpulan atau pengajuan pendapat.
b. Menggolongkan, merupakan kegiatan memilah berbagai obyek dan/atau peristiwa berdasarkan persamaan sifat khususnya, sehingga diperoleh kelompok sejenis dari obyek atau peristiwa yang dimaksud.
c. Mengukur, merupakan kegiatan membandingkan benda yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
d. Mengkomunikasikan, adalah kegiatan menyampaikan perolehan fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk audio, visual, dan audio visual. Cara-cara komunikasi yang sering digunakan dalam ilmu pengetahuan selain dengan bahasa tulis maupun lisan adalah melalui sajian bentuk grafik, tabel, gambar, bagan, simbol atau lambang, persamaan matematika.
e. Menginterpretasi adalah memberi makna pada data yang diperoleh dari pengamatan karena data tidak berarti apa-apa sebelum diartikan. Menginterpretasi berarti memberi arti atau makna, misal: mengartikan tabel data juga mengartikan grafik data.
f. Memprediksi, ialah menduga sesuatu yang akan terjadi berdasarkan pola-pola peristiwa atau fakta yang sudah terjadi.
3. Hakekat IPA dari Segi Sikap Ilmiah
“Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh iluwan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 1997: 11). Sikap ilmiah meliputi:
a. Obyektif terhadap fakta, obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang.
b. Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan, bila data yang ada belum cukup mendukung, maka seorang pengamattidak dapat menarik kesimpulan untuk membuktikan teorinya.
c. Berhati terbuka, bersedia meminta pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri, dan sebaliknya.
d. Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat.
e. Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benar-benar akurat.
f. Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi. Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada umumnya, hal itu merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki.
B. Fungsi dan Tujuan IPA di SD
1. Fungsi IPA di SD
Mata pelajaran IPA di SD dan Madrasah Ibtidaiyah berfungsi untuk menguasai konsep dan manfaat Sains dalam kehidupan sehari-hari dan berfungsi untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Adapun secara rinci fungsi mata pelajaran IPA dijelaskan dalam Sumaji (2006: 35) antara lain ialah:
a. Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupn untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
b. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep IPA,
c. Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya,
d. Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahanya sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan Pencipta-Nya,
e. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa,
f. Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang IPTEK,
g. Memupuk serta mengembangkan minat siswa terhadap IPA.
2. Tujuan IPA di SD
Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1993: 6), tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebagai berikut:
a. Memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan buatan manusia serta konsep-konsep IPA yang terkandung di dalamnya;
b. Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA, berupa “keterampilan proses” atau metode ilmiah yang sederhana;
c. Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan masalah yang dihadapinya, serta menyadari kebesaran penciptanya; dan
d. Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Adapun tujuan pembelajaran Sains di sekolah dasar berdasarkan kurikulum 2004 yaitu:
a. Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep Sains yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari,
b. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains dan teknologi,
c. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan,
d. Ikut serta dalam memelihara, manjaga, dan melestarikan lingkungan alam,
e. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, dan menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan (Depdiknas, 2003: 27).
Tujuan pendidikan IPA di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah agar peserta didik mampu memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. (Mulyasa, 2010: 111).
Dengan demikian pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat melatih dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan dapat melatih siswa untuk dapat berpikir serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya. Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada siswa sebisa mungkin disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia dan karakteristik siswa Sekolah Dasar, sehingga siswa dapat menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari.
C. Rambu-rmabu dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD
1. Rambu-rambu Pembelajaran IPA di SD
a. Bahan kajian sains untuk kelas I dan II tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi diajarkan secara tematis.
b. Aspek kerja ilmiah bukanlah bahan ajar, melainkan cara untuk menyampaikan bahan pembelajaran. Oleh karena itu aspek kerja ilmiah terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan kegiatan dalam aspek ini disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak artinya tidak perlu mengikuti seluruh aspek pada setiap kegiatan. Aspek kerja ilmiah tersebut disusun bergradasi untuk kelas I dan II, kelas III dan IV, serta kelas V dan VI.
c. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Sains berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan “apa yang akan dipelajari” ke ‘bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa”. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain.
d. Pemberian pengalaman belajar secara langsung sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah.
e. Pembelajaran sains dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pengamatan, pengujian/penelitian, diskusi, penggalian informasi mandiri melalui tugas baca, wawancara nara sumber, simulasi/ bermain peran, nyanyian, demonstrasi/peragaan model.
f. Kegiatan pembelajaran lebih diarahkan pada pengalaman belajar langsung daripada pengajaran (mengajar). Guru berperan sebagai fasilitator sehingga siswa lebih aktif berperan dalam proses belajar. Guru membiasakan memberi peluang seluas-luasnya agar siswadapat belajar lebih bermakna dengan memberi respon yang mengaktifkan semua siswa secara positip dan edukatif.
g. Apabila dipandang perlu, guru diperkenankan mengubah urutan materi asal masih dalam semester yang sama.
h. Guru dapat memberikan tugas proyek yang perlu dikerjakan serta ditinjau ulang untuk senantiasa menyempurnakan hasil. Tugas proyek ini diharapkan menyangkut Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (Salingtemas) secara nyata dalam konteks pengembangan teknologi sederhana, penelitian dan pengujian, pembuatan sari bacaan, pembuatan kliping, penulisan gagasan ilmiah atau sejenisnya dengan demikian, tujuan pembelajaran untuk masing-masing mata pelajaran serta kompetensi pendidikan yang diharapkan akan tetap tercapai. Tugas proyek hendaknya dikaitkan dengan kompetensi mata pelajaran lain di luar sains, hal ini untuk menghindari pengelapan. Setiap kompetensi yang berkaitan dengan mata pelajaran lain perlu dinilai dalam kegiatan belajar proyek tersebut.
i. Penilaian tentang kemajuan belajar siswa dilakukan selama proses pembelajaran. Penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode tetapi dilakukan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya hasil (produk). Penilaian Sains dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti tes perbuatan, tes tertulis, pengamatan, kuesioner, skala sikap, portofolio, hasil proyek. Dengan demikian, lingkup penilaian Sains dapat dilakukan baik pada hasil belajar (akhir kegiatan) maupun pada proses perolehan hasil belaj ar (selama kegiatan belajar). Hasil penilaian dapat diwujudkan dalam bentuk nilai dengan ukuran kuantitatif ataupun dalam bentuk komentar deskriptif kualitatif.
j. Pada kolom Hasil Belajar dan indikator diberikan tambahan penanda bintang (*) dan pagar (#). Tanda (*) adalah sebagai bahan untuk pengayaan bagi siswa yang berkemampuan lebih, sedangkan tanda (#) artinya perlu penekanan dalam pembelajaran.
2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD
Ruang lingkup mata pelajaran Sains meliputi dua aspek:
a. Kerja ilmiah yang mencakup: penyelidikan/penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah.
b. Pemahaman Konsep dan Penerapannya, yang mencakup:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas;
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana;
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
5) Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (salingtemas) merupakan penerapan konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran IPA didasarkan pada hakikat IPA sendiri yaitu dari segi proses, produk, dan pengembangan sikap. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebisa mungkin didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan analisis rasional. Dalam hal ini juga digunakan sikap tertentu, misalnya berusaha berlaku seobjektif mungkin dan jujur dalam mengumpulkan dan mengevaluasi data. Proses dan sikap ilmiah ini akan melahirkan penemuan-penemuan baru yang menjadi produk IPA. Jadi, dalam pembelajaran IPA guru maupun siswa dituntut untuk mematuhi setiap rambu-rambu pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, disamping itu siswa tidak hanya diberi pengetahuan saja atau berbagai fakta yang dihafal, tetapi siswa dituntut untuk aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam.
B. Saran
Sebagai seorang calon guru yang nantinya akan mengajar dalam kelas, kita harus memiliki wawasan yang luas, tentang hakikat, fungsi, tujuan, rambu-rambu dan ruang lingkup dari pembelajaran IPA yang dibawakan di sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Darmodjo, Hendro dan Jenny B.E. Kaligis. 1991. Pendidikan IPA 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Iskandar, Srini M. 1996. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kurikulum 2004. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran SAINS SD dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Murtono. 2013. Modul Pengembangan Model Pembelajaran IPA bagi Siswa Madrasah Ibtidaiyah.
Pusat kurikulum, Balitbang Diknas. 2003. Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta.
makalah perspektif global tinjauan ilmu-ilmu sosial dalam perspektif global
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perspektif global muncul pertama kali dalam kurikulum 1995 pendidikan dasar di Indonesia. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah kemunculannya di Amerika Serikat pada tahun 1950-an. Tujuan adanya perspektif global pada saat itu adalah untuk memenuhi kepentingan nasional negara super power sendiri.
Pada tahun 1970-an, perspektif global mulai diperbincangkan secara meluas, meskipun masih terdapat pro dan kontra. Terjadinya pro dan kontra terhadap perspektif global terutama menyangkut masalah; apa yang menjadi tujuannya, apa yang harus diajarkan, dan bagaimana cara menyampaikan materi yang ada.
Makalah ini hadir untuk membuka pemikiran guru dan siswa tentang pentingnya mempelajari perspektif global, mengingat ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam juga memiliki keterkaitan dengan perpektif global. Perspektif global diperlukan sepanjang manusia masih tinggal di bumi, menjadi makhluk sosial, dan ada saling pengaruh antar umat manusia dengan lingkungannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan perspektif global?
2. Apa maksud perspektif global sebagai bagian dari IPS?
3. Bagaimanakah perspektif global dilihat dari berbagai disiplin ilmu-ilmu?
C. TUJUAN
1. Memahami perspektif global.
2. Memahami perspektif global sebagai bagian dari IPS.
3. Memahami perspektif global dilihat dari berbagai disiplin ilmu-ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERSPEKTIF GLOBAL
Perpektif global merupakan suatu pendekatan dan pandangan/ wawasan. Perspektif global dikatakan sebagai pendekatan, karena bila pendekatan yang diambil secara nasional atau bahkan lokal maka tujuan, esensi dan penerapannya akan berbeda. Perspektif global merupakan pandangan/ wawasan karena sesuai dengan istilah perspektif itu sendiri, perspektif global sama halnya dengan wawasan yang global (menyeluruh) bukan nasional atupun lokal. Sebagai pendekatan dan wawasan, maka perpektif global berusaha mendidik murid agar berpikir global tapi bertindak secara lokal dan bukan sebaliknya, berpikir lokal bertindak secara global. Menurut Charlotte C. Anderson menyatakan bahwa “tujuan dari perspektif global untuk mendorog para murid mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dan informasi tersebut dapat dijadikan sebagai pegangan yang menjadikan mereka arga negara yang produktif dan menjadi insan yang punya rasa kepedulian sosial terhadap orang lain (Retnaningsih dalam Anderson, 1998: 6)
Perspektif global berakar dari ilmu-ilmu antropologi, psikologi, sejarah, ekonomi, geografi dunia, dan politik, sehingga disiplin ini merupakan bagian dari ilmu sosial yang bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran sebagai warga negara dunia yang berpartisipasi secara aktif.
B. PERSPEKTIF GLOBAL SEBAGAI BAGIAN DARI IPS
Ilmu pengetahuan sosial tidak bisa dipisahkan dari hakikat manusia itu sendiri, yaitu bahwa setiap manusia merupakan makhluk individual sekaligus sosial. Sebagai makhluk individual, seseorang memiliki kemampuan untuk memutuskan sesuatu, mempunyai keinginan, dan sebagainya tanpa campur tangan orang lain, namun demikian ketika dia akan melaksanakan keputusan ataupun mewujudkan keinginannya, ia akan bersangkutan dengan orang lain. Keterlibatan dan interaksinya dengan orang lain inilah yang disebut sebagai kehidupan sosial. Di dalam interaksi sosial terebut akan selalu terjadi apa yang dinamakan kerjasama, saling ketergantungan, saling pengaruh mempengaruhi, persaingan dan bahkan mungkin konflik.
Dalam kehidupan sosial yang merupakan kumpulan dari individu-individu akan terbentuk suatu komunitas dari yang terkecil ataupun terdekat hingga yang terbesar atau terjauh. Setiap individu akan berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam seluruh tingkatan masyarakat (keluarga, rukun keluarga, kelurahan, kecamatan, kabupaten/ kotamadya, propinsi, negara, dan masyarakat dunia).
Perspektif global akan menekankan keanggotan setiap manusia sebagai warga negara dunia atau global. Partisipasi dan pengetahuan merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain seperti sekeping mata uang. Pada sisi yang satu berisi partisipasi dan pada sisi lainnya berisi pengetahuan. Hal ini dimaksudkan karena pada dasarnya seseorang memerlukan pengetahuan untuk dapat berpartisipasi dalam sebuah kegiatan dan sebaliknya seseorang yang berpengetahuan tetapi tidak berpartisipasi maka sia-sialah ilmu yang ia miliki. Pengetahuan akan menyebabkan interaksi sosial seperti kerjasama, saling ketergantungan, dan saling pengaruh-mempengaruhi berlangsung secara harmonis, sehingga kompetisi ataupun persaingan yang mengarah pada konflik atau ketidakharmonisan dapat ditekan sampai ke tingkat yang paling rendah.
C. PERSPEKTIF GLOBAL DILIHAT DARI BERBAGAI DISIPLIN ILMU
Dilihat dari berbagai macam disiplin yang tercakup dalam IPS, seperti sejarah, ekonomi, politik, geografi, antropologi, dan sosiologi, interaksi yang sifatnya global sudah terjadi sejak lama, meskipun intensitasnya tidak sekuat seperti yang terjadi saat ini. Interaksi global tersebut dapat dilihat dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan sosial, yaitu:
1. Geografi
Perspektif Global dari visi georafi adalah perspektif keruangan yang bertahap dari perspektif lokal, regional sampai ke perspektif global serta suatu kemampuan memandang secara mendalam berkenaan dengan fenomena, proses, dan masalah keruangan permukaan bumi, baik untuk masa lampau, saat ini terutama untuk masa yang akan datang.
Dilihat dari aspek geografi banyak peristiwa alam yang terjadi pada era globalisasi, misalnya perubahan iklim, pemanasan global, gempa bumi, tsunami dan mobilitas penduduk. Pembangunan industri secara besar-besaran banyak mempengaruhi perubahan iklim.
Menurut pembagaian iklim matahari, bulatan bumi kita dibagi menjadi iklim tropis, sub tropis, sedang dan dingin. Pembagaian iklim matahari didasarkan pada sinar matahari yang diterima di permukaan bumi kita. Berdasarkan pembagaian iklim matahari maka negara yang ada dipermukaan bumi kita dikelompokan menjadi negara yang beriklim tropis, negara yang beriklim sub tropis, negara beriklim sedang dan negara beriklim dingin.
Sebelum era globalisasi dapat dikatakan keadaan iklim disetiap negara akan sama dari waktu kewaktu sesuai dengan ciri khas yang sama, artinya iklim tersebut dapat di perkirakan secara tepat, sedikit sekali terjadi perubahan iklim. Namun setelah banyak industri besar yang dibangun terjadilah pemanasan bumi yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Keadaan yang langsung dapat dirasakan antara lain terjadi perubahan iklim secara besar-besaran. Contoh di Indonesia yang termasuk negara tropis, terjadi perubahan iklim yang sangat besar, pergantian musim kemarau dan musim penghujan tidak jelas. Bulan April sampai September biasa disebut musim kemarau sekarang menjadi musim penghujan, sama dengan musim penghujan bulan Oktober-Maret.
Perubahan iklim yang terjadi pada era globalisasi ditandai dengan adanya perubahan cuaca yang sangat ekstrim, sehingga menimbulkan masalah bagi industri pertanian pangan dan perkebunan, hujan terlalu deras sehingga menimbulkan bahaya banjir dan tanah longsor, adanya angin puting beliung yang berbahaya bagi kehidupan manusia, perubahan iklim juga mengakibatkan gelombang laut yang besar dan mengganggu nelayan mencari ikan serta mengganggu palayaran.
2. Sejarah
Emmanuel Kant pada Abad XVIII mnyatakan bahwa sejarah dan gografi merupakan ilmu Dwitunggal,artinya jika sejarah mempertanyakan suatu peristiwa itu “kapan” terjadi. Pengungkapan itu masih belum lengkap. Jika tidak di pertanyakan ‘di mana” tempat terjadinya. Dalam hal ini, dimensi waktu dengan ruang saling melengkapi.
Perspektif sejarah mengacu pada konsep waktu, atau dengan perkataan lain, Perspektif sejarah suatu peristiwa, membawa citra kepada kita tentang suatu pengalaman masa lampau yang dapat dikaji hari ini, untuk memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang.
Dengan belajar sejarah kita akan mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dan mampu belajar dari perubahan yang akan terjadi tersebut, sehingga mampu mengantisipasi, menghadapi, dan mengatasinya.
3. Ekonomi
Dilihat dari sudut pandang ilmu ekonomi, secara umum manusia ingin memenuhi kebutuhannya secara baik dan tercipta kemakmuran. Menurut ilmu ekonomi bahwa: individu sebagai konsumen dan produsen, individu tidak dapat memenuhi kebutuhannnya sendiri. Dalam kenyataan hidup secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga keadaan ekonomi dalam masyarakat; yaitu pertama ”pendapatan naik - kebutuhan turun” (keadaan ini yang paling diharapkan), kedua ”pendapatan turun-kebutuhan tetap” dan ketiga ”pendapatan turun dan kebutuhan naik” (keadaan ini sangat tidak diharapkan).
Dilihat dari penyebaran sumber daya alam, sumber daya alam yang terdapat dalam permukaan bumi tidak merata contoh kandungan minyak bumi tidak semua negara dapat memenuhi minyak sendiri. Era globalisasi terjadi keterkaitan ekonomi antara negara yang satu dengan yang lain dan saling ketergantungan dalam pemenuhan kebutuhan. Peristiwa ekonomi negara besar sangat mempengaruhi ekonomi negara berkembang. Contoh krisis ekonomi di Amerika Serikat mempengaruhi negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pada era globalisasi terjadi pergeseran pusat kegiatan ekonomi pada tahun 2010/2011 pusat kegiatan ekonomi berada di kawasan Asia Timur (China, Jepang dan Korea Selatan).
4. Politik
Ilmu politik mempelajari tentang Negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan, hubungan negara dengan warganya, serta hubungan negara dengan negara-negara yang lain. Secara politik, negara dengan tujuan dan lembaga-lembaganya, dari waktu ke waktu mengalami perkembangan. Negara Republik Indonesia pada saat diproklamasikan, baru mendapat pengakuan dari negara Iain secara terbatas. Akibatnya, hubungan dengan negara-negara yang ada di dunia ini juga masih terbatas. Demikian pula mengenai tujuan dan lembaga-lembaga yang menyelenggarakannya juga masih terbatas.
Pada saat-saat awal, perjuangan politik menjadi prioritas. Pengakuan dan hubungan politik, menjadi perjuangan utama. Hal ini tentu saja menjadi modal utama untuk mengembangkan diri lebih jauh di tengah-tengah dunia internasional. Keberhasilan Konferensi Asia Afrika (KAA), pembentukan dan kegiatan negara-negara Non-Blok yang menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara pelopornya, dapat meningkatkan pengakuan negara lain terhadap kedudukan Indonesia. Hal itu merupakan perjuangan politik.
Dengan berpegang pada politik luar negeri yang bebas aktif, Indonesia terjun ke berbagai kegiatan penyelesaian pertikaian politik seperti di Kamboja, Filiphina, Bosnia Palestina Israel, dan Iain-lain. Kegiatan tersebut lebih meningkatkan kedudukan Indonesia di bidang politik, terutama politik luar negeri. Hal tersebut menjadi landasan kerja sama di bidang ekonomi. Kepercayaan negara lain termasuk negara adikuasa di bidang politik, lebih membuka jalan kerja sama di bidang ekonomi.Bantuan ekonomi menjadi terbuka. Dewasa ini, pembangunan Indonesia lebih menitikberatkan pada bidang ekonomi.
Stabilitas dan kemajuan politik Indonesia, khususnya politik luar negeri berpengaruh terhadap kondisi politik global. Hal ini dapat kita hayati tentang dampak Konferensi Asia Afrika. Pimpinan dan pengaruh Indonesia dalam gerakan Non-Blok (GNB) terhadap kebangkitan di Afrika dan Amerika Latin atau Negara-negara Selatan pada umumnya. Kebangkitan Negara-negara Selatan, menumbuhkan perhatian Negara-negara Utara.
Perubahan peta politik seperti yang dialami negara-negara Eropa Timur dan yang, lainnya membawa dampak luas pada tatanan global yang tidak hanya menyangkut bidang politik, melainkan juga bidang ekonomi, sosial, dan IPTEK. Mau tidak mau kenyataan itu berpengaruh terhadap wawasan politik Indonesia. Perspektif global dari perubahan peta politik, membawa dampak terhadap berbagai aspek hubungah luar negeri Indonesia.
5. Sosiologi
Sosiologi adalah studi ilmiah tentang fenomena yang timbul akibat hubungan kelompok-kelompok umat manusia, studi tentang manusia dan lingkungan manusia dalam hubungannya satu sama lain. Dalam sosiologi, objek yang menjadi sorotan utamanya yaitu; hubungan antarmanusia dalam lingkungan sosial di mana terjadi interaksi sosial yang semakin lama semakin luas dan berkembang. Mulai dari keluarga, teman sepermainan, tetangga, sekampung, sekota, regional provinsi, sampai ke tingkat global antarbangsa.
Motif interaksi sosial sangat beragam dilandasi oleh tujuan tertentu. Contohnya hubungan antara produsen dan konsumen yang dilandasi oleh motif ekonomi. Akibat interaksi sosial yang makin intensif sampai ke tingkat global, menunjukkan perubahan sosial di masyarakat sampai ke proses modernisasi.
Dampak kemajuan, penerapan, dan permanfaatan IPTEK di bidang transportasi dan komunikasi menjadikan interaksi sosial baik secara langsung (misalnya di pasar swalayan) maupun tidak langsung (misalnya on-line shopping) ini semakin intensif dan meluas menembus batas-batas lokal, regional, nasional, internasional, sampai global sekalipun. Hal ini tentunya membawa perubahan sosial, kemajuan sosial yang berdampak luas terhadap opini, kecerdasan, nalar dan wawasan manusia yang mengalaminya. Pengetahuan, ilmu, dan pengenalan teknologi berdampak luas pada tatanan sosial dan telah memasuki kehidupan segala lapisan masyarakat secara local, regional, bahkan juga global. Contohnya jenis makanan khas setempat yang telah menyebar ke segala tempat bahkan juga di manca negara, seperti misalnya makanan khas Indonesia tempe yang kini terkenal di Jepang, Belanda, dan di negara-negara lainya. Contoh lainnya adalah jenis permainan atau kebudayaan lokal/tradisional yang kini terkenal di segala penjuru dunia, misalnya pencak silat, gamelan, tari-tarian Bali, dan lain sebagainya.
6. Antropologi
Antropologi terhadap perspektif global, terarah pada keberadaan dan perkembangan budaya dengan kebudayaan dalam konteks global namun demikian, sorotan dan kajiannya, tidak terlepas mulai dari tingkat lokal, regional, nasional, internasional sampai ketingkat global yang sedang mengarus saat ini.
Hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apapun mulai dari tingkat lokal sampai ke tingkat global, dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat manusia. Perkembangan serta kemajuan yang ada di sekitar kita merupakan hasil pengembangan akal pikiran manusia atau hasil pengembangan budaya sebagai perkembangan kebudayaan. Proses dan arus globalisasi dalam kehidupan sesungguhnya adalah proses global kemampuan budaya atau proses kebudayaan.
Akan tetapi tidak bisa dipungkiri dalam bidang sosial dan budaya menimbulkan dampak negatif dari globalisasi antara lain adalah meningkatkan individualisme, perubahan pada pola kerja, terjadinya pergeseran nilai kehidupan dalam masyarakat. Saat ini dikalangan generasi muda banyak yang seperti kehilangan jati dirinya. Mereka berlomba-lomba meniru gaya hidup alabarat yang tidak cocok jika diterapkan di Indonesia, seperti berganti-ganti pasangan, konsumtif dan hedonisme tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di negara kita. Untuk itu sebagai generasi muda penerus bangsa kita harus menyadari keberadaan nilai yang masih berlaku di negara kita. Kita harus pandai di dalam menyeleksi budaya asing yang masuk ke negara kita. Jika budaya asing tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa kita yang berdasarkan pancasila, kita berusaha bersifat terbuka dalam menerima kebudayaan tersebut. Akan tetapi jika tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita harus bersuara lantang untuk menolaknya.
Dalam kehidupan manusia yang semakin terbuka, persilangan kebudayaan sudah menjadi suatu kebutuhan karena proses tersebut tidak dapat dicegah apabila suatu negara ingin menjadi bagian dari warga dunia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perpektif global merupakan suatu pendekatan dan pandangan/ wawasan. Perspektif global dikatakan sebagai pendekatan, karena bila pendekatan yang diambil secara nasional atau bahkan lokal maka tujuan, esensi dan penerapannya akan berbeda. Perspektif global merupakan pandangan/ wawasan karena sesuai dengan istilah perspektif itu sendiri, perspektif global sama halnya dengan wawasan yang global (menyeluruh) bukan nasional atupun lokal. Perspektif global berakar dari ilmu-ilmu antropologi, psikologi, sejarah, ekonomi, geografi dunia, dan politik, sehingga disiplin ini merupakan bagian dari ilmu sosial yang bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran sebagai warga negara dunia yang berpartisipasi secara aktif.
DAFTAR PUSTAKA
http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/konsep-perspektif-global.html (diakses tanggal 6 Oktober 2016).
https://karlinapurnamasari.wordpress.com/2013/11/11/makalah-perspektif-global-dari-visi-politik-sosiologi-dan-antropologi/ (diakses tanggal 6 Oktober 2016).
http://managementshared.blogspot.co.id/ (diakses tanggal 6 Oktober 2016).
http://niwayanratihshopia.blogspot.co.id/2014/05/perspektif-global-dan-ilmu-pengetahuan.html. (diakses tanggal 6 Oktober 2016).
Novrisandi, Lendy. 2014. Perspektif Global. Pangkalpinang: Universitas Terbuka.
Retnaningsih, Umi Oktyari. 1999. Perspektif Global. Pekanbaru: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
contoh laporan magang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh seorang pendidik maupun calon pendidik yaitu kurangnya pengetahuan tentang keadaan lingkungan sekolah ataupun kultur dari lingkungan sekolah tempatnya mengajar, yang mengakibatkan sukarnya untuk beradaptasi dengan personil-personil sekolah. Menanggapi hal itu Program Studi PGSD FIP UNM mewajibkan mahasiswanya untuk mengikuti mata kuliah wajib “Magang I”. Pentingnya magang pada sebuah sekolah dasar adalah agar mahasiswa bisa melihat secara langsung keadaan lingkungan sekolah, dan kultur sekolah serta mempraktekkan teori-teori yang didapatkan di bangku perkuliahan.
Pelaksanaan magang ini dilaksanakan secara sistematis, dimana kegiatan magang ini terbagi menjadi pengenalan lingkungan sekolah dan struktur sekolah (Magang I), Magang II, Magang III sampai dengan tahap PPL (Magang IV).
Oleh karena itu, mahasiswa semester IV melaksanakan magang I yang diadakan di beberapa sekolah dasar yang ada di Kota Makassar. Salah satunya yaitu di SD Negeri Minasa Upa Kota Makassar.
B. Ruang Lingkup
Aspek-aspek yang diperhatikan dalam pelaksanaan observasi ini, yaitu:
1. Keadaan sekolah.
2. Denah sekolah (Gambar terlampir 1.1)
3. Struktur organisasi sekolah (Gambar terlampir 1.2)
4. Tugas dan fungsi personil sekolah
5. Kultur sekolah.
C. Tujuan Observasi
Tujuan observasi di SD negeri Minasa Upa untuk mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan mahasiswa guna memasuki dunia sekolah yang sesungguhnya. Adapun tujuan pelaksanaan magang I adalah:
1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap keadaan lingkungan sekolah dan kultur sekolah.
2. Memperluas pengetahuan mahasiswa dalam memahami situasi dan kondisi dalam lingkungan sekolah yang sesungguhnya.
D. Visi dan Misi Sekolah
Setiap sekolah memiliki harapan atau visi yang akan dicapai demi perkembangan sekolah tersebut. Untuk mencapai sebuah visi dibutuhkan beberapa misi. Sama halnya dengan sekolah lain, SD Negeri Minasa Upa juga memiliki visi dan misi, antara lain: (Gambar terlampir 1.3)
1. Visi SD Negeri Minasa Upa, yaitu:
a. Unggul dalam prestasi, cerdas, santun dan peduli lingkungan yang dilandasi iman dan taqwa.
2. Misi SD Negeri Minasa Upa, yaitu:
a. Menciptakan suasana keimanan yang optimal.
b. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianutnya dan juga budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
c. Menciptakan suasana belajar yang optimal.
d. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah.
e. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal.
f. Menerapkan manajemen partisipasi dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan kelompok kepentingannya yang terkait dengan sekolah.
g. Menerapkan budaya bersih hijau dan sehat sekolah.
E. Profil Sekolah Dasar Negeri Minasa Upa
1. Identitas Sekolah
a. Nama Sekolah : SD Negeri Minas Upa
b. Jejang Akreditas : A
c. Alamat Sekolah : Btn Minasa Upa Blok L1/1 Kel. Gunung Sari, Kec.
Rappocini.
d. Nomor Telepon : (0411) 889868
e. Situs : http://sdnegeriminasaupamakassar.blogspot.co.id/
f. Kepemilikan Bangunan : Negara
g. Status Sekolah : Negeri
h. Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi dan Siang Hari
i. Jumlah Ruangan : 21 ruangan
j. Jumlah siswa : 500 orang
k. Jumlah guru : 28 orang
2. Data Guru/Pegawai SD Negeri Minasa Upa
No Nama Guru L/P Tugas/ Jabatan
1 Drs. Agus Darwis L Kepala Sekolah
2 Dr. Syarifuddin M.pd L Ketua Komite Sekolah
3 Hafzah Undin S.pd L Bendahara
4 Aisah A.Ma P Guru kelas IA dan IC
5 Sarifah Khatijah S.Pd P Guru kelas IB dan II B
6 Hikmat Usman P Guru Asisten
7 Masdina S.Pd P Guru kelas IIA dan IIC
8 Ramlah Mustara S.Pd L Guru kelas IIIA
9 Eka Sulistiana S.Pd P Guru kelas IIIB
10 Hj.Rusnah S.Pd P Guru kelas IIIC
11 Salmah S.Pd P Guru kelas IVA
12 Yustina S.Pd P Guru kelas IVB
13 St.Marwah Hasbi S.Pd P Guru kelas IVC
14 Eko Sulistiorini S.Pd L Guru kelas VA
15 Suriati S.Pd P Guru kelas VB
16 Mintarsia S.Pd P Guru kelas VC
17 Hj. Nahidha Mallapiang S.Pd P Guru kelas VIA
18 Hafzah Undin S.Pd L Guru kelas VIB
19 Sumirna S.Pd P Guru kelas VIC
20 Rahmat Bahtiar S.Pd L Guru penjas kelas I, II dan III
21 Agustan bertugas L Guru penjas kelas IV, V dan VI
22 St.Nur’eni Ba P Guru Agama kelas I dan II
23 Mulianti P Guru asisten
24 Sadaniah S.Pd.i P Guru Agama kelas III dan IV
25 Naisya Daming P Guru Agama kelas V dan VI
26 Kasmin P Bujang Sekolah
27 Satar L Satpam
28 Roswati P Pustakawati
(Gambar terlampir 1.4)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keadaan SD Negeri Minasa Upa
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan diperlukan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung berjalannya proses belajar mengajar yang optimal. Adapun sarana dan prasarana yang dimaksud diantaranya:
1. Letak Geografis SD Negeri Minasa Upa
Di lihat dari lokasinya, SD Negeri Minasa Upa berada di lingkungan perumahan, yaitu Btn Minasa Upa Blok L1/1 sehingga memungkinkan untuk ditempuh dengan berjalan kaki. Letaknya yang juga berada tepat di depan jalan poros menjadikan sekolah ini mudah dijangkau kendaraan, baik angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Meskipun letaknya berada tepat di depan jalan poros tetapi, hal itu tidak menjadi kendala untuk proses belajar mengajar karena jalanan tersebut bebas dari macet. Jadi, bisa dikatakan bahwa letak SD Negeri Minasa Upa sangat strategis karena mendukung untuk sarana dan prasarana transportasi yang disamping tidak mengganggu proses belajar mengajar di dalam lingkungan sekolah. (Gambar terlampir 2.1)
2. Bangunan dan Kondisi Bangunan
SD Negeri Minasa Upa memiliki area yang tidak begitu luas, namun berkat penataan ruangan yang cukup rapi, sehingga dapat menampug kurang lebih 500 orang siswa dan 28 orang guru. SD Negeri Minasa Upa memiliki satu perpustakaan yang cukup luas, buku-buku tersusun dengan rapih, dan ventilasi serta penerangannya sudah cukup memadai, hanya saja perpustakaan ini tidak dihiasi dengan gambar-gambar maupun tulisan yang mampu untuk mengundang minat baca anak sehingga para siswa hanya akan datang keperpustakaan saat diminta oleh guru kelas untuk mencari materi bahan ajar. Perpustakaan di SD Negeri Minasa Upa juga tidak memiliki seorang guru baik sebagai koordinator atau kepala perpustakaan maupun penjaga perpustakaan.
SD Negeri Minasa Upa belum memiliki laboratorium sebagai penunjang keberhasilan proses belajar mengajar seperti praktek ataupun percobaan-percobaan lainnya. SD Negeri Minasa Upa memiliki satu unit kesehatan sekolah yang kondisi ruangannya cukup terawat dan juga memiliki perlengkapan P3K yang cukup memadai untuk mengobati siswa yang terluka. Di samping ruang UKS terdapat sebuah kantin yang juga merangkap sebagai ruang guru. Kantin SDN Minasa Upa memiliki motto “Budayakan Hidup Sehat” sehingga kebersihan ruangan maupun kebersihan makanan yang dijajakan sangat terjaga.
Selain memiliki perpustakaan, UKS, dan kantin, SD Negeri Minasa Upa juga memiliki satu musholla yang rutin digunakan utamanya untuk shalat dzuhur berjamaah. Kebersihan mushola sudah cukup baik hanya saja perlengkapan seperti tikar sajadah masih sangat minim sehingga mengharuskan para siswa untuk membawa sajadah masing-masing. SDN Minasa Upa dilengkapi dengan tiga buah WC. Masing-masing satu wc yang memiliki enam ruang kecil khusus untuk siswa laki-laki, satu wc yang memiliki dua ruang kecil khusus untuk perempuan dan satu wc yang terletak di sebelah mushola juga digunakan sebagai tempat wudhu. Kebersihan masing-masing wc sudah cukup baik, setiap wc juga dilengkapi dengan keran air yang semuanya berfungsi dengan baik.
SD Negeri Minasa Upa memiliki 12 ruang kelas, siswa sebanyak kurang lebih 500 orang dan memiliki kelas paralel yaitu 18 kelas. Karena ruangan kelas tidak sesuai dengan jumlah kelas maka proses belajar mengajar dilakukan secara bergantian, yaitu sebagian kelas masuk pagi dan sebagian lagi masuk siang. Selain itu, tiap kelas juga bergantian jam masuk, misalnya kelas A minggu pertama masuk pagi, maka pada minggu kedua yang masuk pagi adalah kelas B. Meskipun ruangan kelas digunakan secara bergantian namun proses belajar mengajar tetap efektif. Setiap kelas dilengkapi dengan satu rak sepatu yang diletakkan di depan masing-masing kelas. Di depan setiap kelas juga dilengkapi dengan keran air dan wastafel yang semuanya berfungsi dengan baik, dinding kelas dihiasi dengan gambar dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan mata pelajaran serta tata tertib kelas dan sekolah. Setiap kelas juga terdapat jadwal belajar, jadwal piket siswa, struktur kelas. Untuk penerangan, masing-masing kelas dilengkapi dengan jendela dan ventilasi agar siswa dapat belajar dengan nyaman. Jumlah siswa dalam satu kelas juga disesuikan dengan kapasitas ruang kelas yang rata-rata mampu menampung 30-35 siswa. Di dalam kelas telah disediakan meja, dan kursi yang sesuai dengan jumlah siswa sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar.
SD Negeri Minasa Upa memiliki satu ruang guru yang dialih fungsikan menjadi ruang kelas sehingga semua guru akan berkumpul di kantin sambil melayani siswa yang berbelanja. Meskipun tidak terdapat ruang guru setiap guru tetap disiplin dalam menjalankan tugasnya. (Gambar terlampir 2.2).
3. Fasilitas Sekolah
Disamping memiliki bagunan yang cukup terawat dan penataan ruang yang cukup baik, SD Negeri Minasa Upa juga memiliki fasilitas-fasilitas untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar seperti tersedianya alat-alat peraga untuk mata pelajaran IPS, Matematika, Penjaskes dan mata pelajaran lainnya. Hanya saja ruangan tempat menyimpan alat peraga tersebut tidak terlalu terawat, dan penataan alat peraga juga tidak tersusun rapi bahkan hanya dibiarkan berserakan saja, sehingga ada beberapa alat peraga yang kondisinya sudah tidak baik lagi.
SD Negeri Minasa Upa juga memiliki fasilitas olah raga seperti lapangan dan alat-alat olah raga seperti bola sepak, dan bola voli. Lapangan yang ukurannya cukup luas tersebut terletak di tengah-tengah sekolah sehingga mudah dijangkau oleh para siswa. Lapangan tersebut di lengkapi dengan tiang untuk permainan sepak takraw dan bola voli. Juga terdapat garis lapangan untuk permaian bola sepak. Lapangan tersebut selain menjadi fasilitas untuk mata pelajaran penjaskes juga menjadi tempat bermain para siswa saat jam istirahat.
Selain alat peraga, SD Negeri Minasa Upa juga memiliki dua buah LCD proyektor yang digunakan untuk menunjang kelancaran KBM. Hanya saja LCD ini hanya digunakan unutk kelas tinggi saja utamanya untuk kelas V dan VI. Untuk kelas rendah, masih digunakan metode mengajar pada umumnya yaitu ceramah maupun tipe kooperative learning. Sedangkan untuk pembelajaran di luar kelas disediakan taman-taman kecil di sekitar ruang kelas. Taman-taman tersebut ditanami dengan berbagai tanaman yang kemudian diberikan tanda di batangnya seperti nama pohon atau tanaman dalam bahasa Indonesia dan juga nama latinnya. Sehingga memungkinkan siswa untuk tetap belahar meskipun saat jam istirahat berlangsung. (Gambar terlampir 2.3)
B. Tugas dan Fungsi Personil SD Negeri Minasa Upa
Setiap personil sekolah memiliki tugas dan fungsinya masing-masing, seperti: (Gambar terlampir 2.4)
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah bertugas dan berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator dan supervisor, pemimpin/leader, inovator, dan juga sebagai motivator.
2. Guru
Seorang guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efesien. Adapun tanggung jawab seorang guru antara lain, membuat perangkat program pengajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dll.
3. Wali Kelas
Sebagai seorang guru mata pelajaran juga sebagai guru wali kelas yang bertugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan seperti pengeloloaan kelas, menyelenggarakan administrasi kelas, pengisian buku laporan penilaian hasil belajar, dll.
4. Layanan Teknis di Bidang Keamanan (Penjaga Sekolah/ Satpam)
Seorang satpam bertugas mengisi buku catatan kejadian, mengantar/memberi petunjuk tamu sekolah, menjaga ketenangan dan keamanan sekolah siang dan malam.
5. Pustakawan Sekolah
Pustakawan sekolah membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan seperti perencanaan pengadaan buku-buku, pengurusan layanan sekolah, dll.
C. Kultur SD Negeri Minasa Upa
1. Tata Tertib Sekolah
Usaha untuk menjaga tata tertib siswa maupun semua personil sekolah ditunujukkan dengan banyaknya tulisan-tulisan yang dipajang di dinding kelas maupun di ruang guru. Tulisan-tulisan tersebut bertujuan untuk mengingatkan bahwa setiap personil sekolah harus saling menghormati satu sama lainnya, atau pun untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Tidak hanya berupa tulisan, tata tertib tersebut juga dibuat dengan sedemikian rupa seperti gambar-gambar ilustrasi untuk menarik minat baca dan perhatian siswa untuk selalu mengingatnya. (Gambar terlampir 2.5)
2. Kepala Sekolah
Sekolah yang bagus pastinya dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang mampu untuk memberikan contoh yang baik kepada personil-personil sekolah lainnya. Sama halnya dengan Kepala SD Negeri Minasa Upa meskipun baru menjabat sebagai kepala sekolah, beliau sudah mampu untuk menunjukkan etos kerja yang baik, seperti datang tepat waktu, dan menjadi motivator bagi para guru.
Karena masa jabatan yang baru, sehingga kepala SD Negeri Minasa Upa masih harus menyelesaikan dokumen-dokumen, maupun rapat-rapat seputar pengangkatannya, sehingga beberapa tugas yang harusnya dilakukan seorang kepala sekolah menjadi tidak efektif seperti kurangnya waktu untuk memantau kegiatan belajar mengajar secara langsung. Kepala sekolah yang harusnya dapat memberikan penghargaan kepada personil sekolah misalnya untuk sekedar memuji prestasi siswa maupun sebaliknya memberikan sanksi atau hukuman kepada personil sekolah yang melanggar aturan juga tidak dapat dilaksanakan dengan efektif.
3. Guru/Tenaga Pengajar
Guru atau tenaga pengajar yang ada di SD Negeri Minasa Upa masih harus menyesuaikan diri dengan kepala sekolah baru. Meskipun demikian para guru sudah cukup baik dalam menyelesaikan tugasnya. Dapat dilihat dari semangat mengajar yang ditunjukkan oleh para guru SD Negeri Minasa Upa. Sikap disiplin yang ditunjukkan oleh guru seperti datang tepat waktu bisa menjadi contoh teladan bagi siswa. Para guru juga cukup memperhatikan perilaku siswa seperti jika ada yang terlambat maka akan diberikan hukuman seperti masuk kelas paling akhir atau sebelum duduk mereka di berikan tugas untuk menghafal perkalian. Sedangkan jika ada yang tidak mengerjakan PR, siswa tersebut akan dihukum dengan mengerjakan tugas tersebut diluar kelas. Hal yang dilakukan oleh guru tersebut cukup efektif untuk memberikan efek jera kepada siswa yang melanggar.
Pada saat terjadi perkelahian, guru dengan cekatan mengambil tindakan untuk melerai siswa yang bersangkutan dan memberikan nasehat-nasehat ringan. Bagi siswa yang sudah sering berkelahi, maka guru tidak akan segan untuk memanggil orang tua siswa yang bersangkutan. (Gambar terlampir 2.6)
4. Siswa
Siswa di SD Negeri Minasa Upa cukup menjunjung tinggi nilai-nilai agama, karena pada saat waktu dzuhur para siswa akan bersama-sama mengambil air wudhu dan menunaikan shalat dzuhur secara berjamaah. Siswa di SD Negeri Minasa Upa juga memiliki kebiasaan yang patut dicontoh dan harus dipertahankan, yaitu saat masuk ruang kelas mereka akan mengucapkan salam, dan begitupula pada saat seseoang mengucapkan salam mereka akan menjawabnya. Sikap sopan dan santun siswa SD Negeri Minasa Upa sudah cukup baik, karena sebagian besar siswa sudah menggunakan bahasa yang sopan dan saat ada tamu mereka cukup ramah untuk menyapa. Meskipun ada sebagian kecil siswa yang masih sering menggunakan bahasa yang kurang sopan saat berbicara dengan teman.
Hal lain yang dapat ditiru dari siswa SD Negeri Minasa Upa yaitu dalam hal kebersihan, sebagaian besar siswa sudah mematuhi peraturan dengan membuang sampah di tempatnya, meskipun masih ada sebagian kecil yang dengan sengaja membuang sampah sembarangan namun untuk keseluruhan sudah cukup baik. Dalam kegiatan sehari-hari siswa datang ke sekolah dengan mengenakan pakaian seragam rapih, lengkap dengan atributnya hanya saja karena adanya peraturan untuk membuka sepatu saat masuk ruang kelas, akibatnya jika jam istirahat kebanyakan siswa akan berlalu lalang tanpa mengenakan sepatu. Namun hal tersebut tidak mendapat teguran atau sanksi yang berarti karena guru hanya menganggap hal tersebut sebagai masalah biasa. Namun jika hal tersebut terus dilakukan secara berulang bisa saja menjadi kebiasaan yang tidak baik. Karena dikhawatirkan dari kegiatan tersebut bisa saja saat berlarian atau bahkan pada saat berjalan mereka tersandung tentu akan menyebabkan luka pada kakinya. (Gambar terlampir 2.7)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk memberikan pengalaman langsung kepada seorang calon pendidik untuk mengenal keadaan lingkungan sekolah dan kultur sekolah adalah dengan dilakukannya kegiatan magang di SD Negeri Minasa Upa. Kegiatan magang ini dilakukan dengan mengunjungi SD Negeri Minasa Upa dan melakukan observasi (pengamatan) selama kurang lebih dua bulan lamanya.
B. Saran
Dari pihak mahasiswa sebagai peserta magang agar bisa lebih baik dalam pembagian waktu magang dengan jadwal kuliah agar keduanya bisa terlaksana dengan baik.
makalah permainan tradisional kelereng dan bakiak
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, tak dipungkiri bidang teknologi juga akan mengalami perkembangan pesat, baik dari bentuk maupun fungsinya. Penggunanya pun bukan hanya dari kalangan dewasa saja bahkan anak-anak pun akan kecanduan dengan hal ini. Contohnya handphone dan gadget. Orang tua yang memiliki kesibukan sehingga tidak ada waktu untuk mengurus dan membimbing anak-anaknya akan cenderung untuk memenuhi kebutuhan anak tersebut dengan gadget. Waktu bermain yang seyogyanya dihabiskan di taman atau pun lingkungan sekitar rumah akan diganti di depan gadget selama berjam-jam tanpa adanya komunikasi langsung dengan teman-teman bermainnya. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan bahasa, dan perilaku sosial anak.
Maka dari itu, dalam makalah ini saya membahas tentang beberapa permainan tradisional yang bisa dimainkan anak-anak usia SD yaitu permainan tradional kelereng, bakiak, dan asing-asing. Permainan tradisional merupakan permainan yang tidak memiliki peraturan tetap dan dimainkan berdasarkan daerah tempat dimainkannya. Permainan tradional ini lebih bersifat realistis dan dapat dirasakan langsung oleh anak dibandingkan jika anak memainkan permaian di dalam gadget yang sifatnya khayalan. Manfaat yang di dapatkan dari permainan tradisional tersebut diantaranya kemampuan motorik anak akan lebih terasa, nilai-nilai kejujuran dan sportivitas, serta anak akan lebih mudah untuk berkomunikasi dan berperilaku dengan teman-teman sebayanya.
Oleh karena itu, pengenalan permaian tradisional ditingkat SD harus lebih dioptimalkan agar anak-anak dapat mengenal dan tidak kehilangan usia bermainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu permainan tadisional kelereng dan bagaimana cara memainkannya?
2. Apa itu permainan tadisional bakiak dan bagaimana cara memainkannya?
3. Apa itu permainan tadisional asing-asing dan bagaimana cara memainkannya?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui permainan tadisional kelereng dan bagaimana cara memainkannya.
2. Mengetahui permainan tadisional bakiak dan bagaimana cara memainkannya.
3. Mengetahui permainan tadisional asing-asing dan bagaimana cara memainkannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permainan Tradisional Kelereng
1. Sejarah Singkat Permainan Kelereng
Permainan kelereng sudah dimainkan sejak dahulu kala, sejarah permainan kelereng banyak ditemukan di beberapa negara, anatara lain di Mesir Kuno pada tahun 3000 SM, kelereng terbuat dari batu atau tanah liat. Kelereng tertua koleksi The British Museum di London berasal dari 2000-1700 SM. Kelereng tersebut ditemukan di Kreta pada situs Minoan of Petsofa. Di lain tempat dan masa yaitu pada masa Romawi, permainan kelereng juga sudah dimainkan secara luas. Bahkan, menjadi salah satu bagian dari festival Saturnalia, yang diadakan saat menejlang perayaan Natal. Saat itu semua orang saling memberikan sekantung biji-bijian yang berfungsi sebagai kelereng tanda persahabatan. Kemudian, sejak abad ke-12, di prancis, kelereng disebut dengan bille, artinya bola kecil. Di Belanda disebut dengan nama knikkers. Di Inggris ada istilah merbels untuk menyebut kelereng. Marbels sendiri digunakan untuk menyebut kelereng terbuat dari marmer yang didatangkan dari Jerman. Namun jauh sebelum itu, anak-anak di Inggris telah akrab menyebutnya dengan bowls atau knikkers.
Teknologi pembuatan kelereng kaca ditemukan pada 1864 di Jerman. Kelereng yang semula satu warna, menjadi berwarna-warni mirip permen. Teknologi ini segera menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Kelereng populer di Inggris dan negara Eropa lain sejak abad ke-16 hingg 19. Setelah itu baru menyebar ke Amerika. Bahan pembuatnya adalah tanah liat dan diproduksi besar-besaran. Namun, akibat Perang Dunia II, pengiriman mesin pembuat kelereng itu sempat terhenti dan akhirnya masing-masing negara mengembangkannya.
Kelereng pun ternyata dapat ditemukan di Indonesia sebagai salah satu permainan tradisional, walaupun belum ada catatan yang pasti mengenai sejarah asal mula permainan kelereng di negeri kita ini. Permainan kelereng seringkali disebut permainan anak-anak kampung. Permainan ini memiliki berbagai sebutan sesuai daerah asal pemainnnya, kelereng disebut gundu oleh orang Betawi, kaleci oleh orang Sunda, neker oleh orang Jawa, dan maggoli oleh orang Bugis.
2. Alat dan Bahan yang Digunakan
a. Tanah berpasir/ halaman/ tempat untuk bermain.
b. Kelereng untuk masing-masing anak
3. Cara Bermain Kelereng
a. Gambar lingkaran kecil di tanah. Semua anak menaruh sebutir kelereng di dalam lingkaran.
b. Kemudian semua anak berdiri kira-kira satu meter dari lingkaran, di belakang sebuah garis. Secara bergantian, lemparkan sebutir kelereng lainnya ke arah lingkaran.
c. Pada saat melempar kelereng ke arah lingkaran dan membuat satu atau lebih kelereng keluar bersama dengan kelereng “penyerangnya”, maka ia dapat mengambil kelereng tersebut. Atau pada saat melemparkan kelereng ke arah lingkaran dan membuat satu atau lebih kelereng keluar dan kelereng “penyerangnya” berada di dalam lingkaran maka ia dapat mengambil seluruh kelereng yang masih berada di dalam lingkaran. Dan permainan akan di mulai kembali.
d. Mengulang kembali cara bermain 1 dan 2. Anak yang kelerengnya paling jauh dari lingkaran, boleh main lebih dahulu. Ia harus memakai kelereng yangada di luar lingkaran sebagai “penyerang” untuk memukul kelereng di dalam lingkaran keluar, jika berhasil melakukannya, maka ia bisa menyimpan setiap kelereng yang kena jentik.
e. Pemenangnya adalah anak yang mengumpulkan kelereng terbanyak.
4. Cara Menjentik Kelereng
Pertemukan ibu jari dengan jari tengah. Sentilkan kedua jari tepat pada kelereng.
B. Permainan Tradisional Bakiak
1. Sejarah Singkat Permainan Bakiak
Permainan bakiak panjang sejak dulu sudah ada di daerah sepanjang perairan Sungai Rokan, baik Rokan Kiri maupun Rokan Kanan, Kabupaten Kampar, maupun Rokan dibagian Hilir, seperti dibagian Siapi-Api, Bengkalis, Riau. Kini, bakiak panjang sudah merakyat. Tujuannya adalah untuk berolahraga, mengisi waktu luang dan memupuk sikap kerja sama (kekompakan team). Manfaat permainan ini adalah untuk meningkatkan kebugaran, ketegangan menurun, dan kemampuan kerja sama meningkat. Biasanya permainan ini dimainkan oleh anak-anak, remaja, dewasa putra dan putri.
2. Alat dan Bahan yang Digunakan
a. Kapur/tali untuk membuat lintasan.
b. Bakiak dibuat dari bahan balok / papan yang tebal, karet / ban, dan paku.
3. Ukuran Bakiak
a. Panjang bakiak untuk 3 orang 141 cm.
b. Panjang bakiak untuk 5 orang 235 cm.
c. Lebar bakiak 10 cm.
d. Tebal bakiak 2,5 cm.
e. Berat bakiak seluruhnya untuk bakiak 3 orang 4 kg (sepasang) bakiak 5 orang 8 kg (sepasang).
4. Cara Bermain Bakiak
a. Peserta dibagi dalam regu yang terdiri dari 5 orang atau 3 orang sesuai dengan jenis bakiak yang diperlombakan.
b. Seluruh peserta dibagi dalam seri setiap seri maksimal 5 regu sesuai dengan jumlah lintasan (disesuaikan dengan jumlah regu peserta).
c. Selanjutnya diadakan undian untuk menentukan lintasan masing-masing regu, dan untuk menentukan urutan pemberangkatan dalam perlombaan.
d. Peserta berdiri diatas bakiak dengan jari-jari kaki masuk ke dalam setengah lingkaran karet dan berpegangan satu sama lain. Sebaiknya para peserta memakai sepatu olahraga agar kaki tidak lecet. Peserta regu berpegangan satu sama lain, boleh pada bahu atau pinggang.
e. Aba-aba siap, peserta siap untuk melakukan jalan.
f. Aba-aba ya, peserta berjalan secepat-cepatnya menempuh jarak yang telah ditentukan.
g. Regu dianggap sah, apabila peserta terakhir dan ujung bakiak bagian belakang melewati garis finish dengan tidak ada kesalahan selama dalam perjalanan. Regu juga masih dianggap sah, walaupun regu tersebut jatuh kedepan tetapi kedua kaki masih kontak pada bakiak meskipun tangan menyentuh tanah.
h. Peserta/regu dianggap gugur apabila, tidak berhasil mencapai garis finish, menginjak lintasan peserta lain, dengan sengaja mengganggu peserta lain, salah satu kaki atau kedua kaki menginjak tanah artinya salah satu kaki atau kedua kaki tidak ada kontak dengan bakiak, bakiak rusak ditengah jalan, regu yang gugur tidak perlu meneruskan sampai garis finish.
i. Regu dinyatakan sebagai pemenang apabila regu tersebut paling cepat memasuki garis finish, regu yang gugur dalam babak final tidak mendapat juara.
C. Permainan Tradisional Asing-asing
1. Sejarah Singkat Permainan Asing
Asing-asing, gobak sodor atau hadang yang termasuk salah satu permainan tradisional Indonesia yang juga dimainkan di negara lain sangatlah sederhana. Biasanya permainan ini dimainkan pada saat jam istirahat sekolah, pada sore hari di lingkungan tinggal masyarakat dan tentu saja permainan yang gemar dimainkan oleh anak-anak ini bisa juga untuk melatih berbagai kecakapan keterampilan pada diri anak terutama untuk fisik tubuh anak. Di Indonesia sendiri gobak sodor atau hadang memiliki nama tersendiri di setiap daerah di Indonesia, akan tetapi tetap pada aturan dan cara bermain yang sama. Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segiempat dengan ukuran 9 x 4 m yang dibagi menjadi 3 atau 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur.
2. Alat dan Bahan yang Digunakan
a. Lapangan atau tanah lapang.
b. Kapur, tali rapiah, atau lakban untuk membuat garis lapangan asing-asing.
3. Cara Bermain Asing-asing
Cara melakukan permainan asing-asing ini yaitu:
a. Membuat garis-garis penjagaan dengan kapur seperti lapangan bulu tangkis, bedanya tidak ada garis yang rangkap.
b. Membagi pemain menjadi dua tim, satu tim terdiri dari 3 – 5 atau dapat disesuaikan dengan jumlah peserta atau jumlah garis jaga yang dibuat. Satu tim akan menjadi tim “jaga” dan tim yang lain akan menjadi tim “lawan”.
c. Penentuan tim “jaga” dan tim “lawan” ditentukan lewat pengundian.
d. Anggota tim yang mendapat giliran “jaga” akan menjaga lapangan, caranya yang dijaga adalah garis horisontal. Untuk penjaga garis horisontal tugasnya adalah berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas.
e. Sedangkan tim yang menjadi “lawan”, harus berusaha melewati baris ke baris hingga baris paling depan.
4. Aturan Cara Bermain Asing-asing
Berikut ini peraturan-peraturan yang berlaku dalam permainan Gobak Sodor adalah sebagai berikut:
a. Pemain terbagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 3 – 5 orang (disesuaikan).
b. Jika 1 kelompok terdiri dari 4 orang maka lapangan dibagi menjadi 4 kotak persegi panjang, yang berukuran 5m x 3m (disesuaikan).
c. Satu kotak maksimal di isi oleh 2 orang apabila 3 orang dalam satu kotak maka dilakukan pertukaran bebas.
d. Tim “jaga” bertugas menjaga agar tim “lawan” tidak bisa menuju garis finish.
e. Tim “lawan” berusaha menuju garis finish dengan syarat tidak tersentuh tim “jaga”
f. Tim “lawan” dikatakan menang apabila salah satu anggota tim berhasil mencapai garis finish dengan selamat (tidak tersentuh tim lawan).
g. Tim “lawan” dikatakan kalah jika salah satu anggotanya tersentuh oleh tim “jaga” atau keluar melewati garis batas lapangan yang telah ditentukan. Jika hal tersebut terjadi, maka akan dilakukan pergantian posisi yaitu tim “lawan” akan menjadi tim “jaga”, dan sebaliknya.
h. Pemenang juga dapat ditentukan berdasarkan jumlah anggota tim yang berhasil mencapai garis finish.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permainan tradisional merupakan permainan yang tidak memiliki peraturan tetap dan dimainkan berdasarkan daerah tempat dimainkannya. Permainan tradional ini lebih bersifat realistis dan dapat dirasakan langsung oleh anak dibandingkan jika anak memainkan permaian di dalam gadget yang sifatnya khayalan. Manfaat yang di dapatkan dari permainan tradisional tersebut diantaranya kemampuan motorik anak akan lebih terasa, nilai-nilai kejujuran dan sportivitas, serta anak akan lebih mudah untuk berkomunikasi dan berperilaku dengan teman-teman sebayanya. Oleh karena itu, pengenalan permaian tradisional ditingkat SD harus lebih dioptimalkan agar anak-anak dapat mengenal dan tidak kehilangan usia bermainnya.
B. Saran
Setiap pendidik hendaknya mengenal dan menguasai berbagai jenis permainan tradisional sehingga dapat mengenalkannya kepadapeserta didik dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Permainan Tradisional Galah Asing Gobak. Tanggal diakses 29 Mei 2016 pukul 9.54 AM
Elfan Fadhilah. 2015. Makalah Permainan Tradisional Terompah Panjang Bakiak. Tanggal diakses 29 Mei 2016 pukul 9.23 AM.
Erwan Setiawan. 2013. Blogger. Ensiklomini Asing-asing Permainan Baris. Tanggal diakses 29 Mei 2016 pukul 9.15 AM.
Erwan Setiawan. 2013. Blogger. Ensiklomini Permainan Kelereng. Tanggal diakses 23 Februari 2016 pukul 2.48 PM.
Risyazkiya. 2010. Permainan Tradisional Bakiak. Tanggal diakses 29 Mei 2016 pukul 9.39 AM.
Senin, 28 November 2016
PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. Tata Kelola Kurikulum 2013Kurikulum 2013
Dalam penguatan tata kelola kurikulum 2013, satuan
pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan untuk menyusun silabus, tetapi
disusun pada tingkat nasional. Pembuatan silabus dalam kurikulum 2013 dialihkan
kepada Pemerintah atau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Hal
ini disebabkan karena pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
tidak berjalan dengan maksimal, dimana pembuatan silabus pada kurikulum KTSP
ini, masih diserahkan kepada guru. Mantan Mendikbud, Nuh (Kompas: 2012)
menyatakan bahwa “Variasi sekolah dan guru itu luar biasa. Ada yang bisa
membuat silabus, ada juga yang tidak. Jadi, kalau guru diwajibkan bikin
silabus, ya remek”. Kemampuan guru yang beragam dalam pembuatan silabus ini dirasa
sangat berdampak pada pembuatan RPP yang berlanjut pada tidak tercapainya tujuan
pembelajaran.
Agenda Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013:
11) bahwa “Penyusunan kurikulum 2013
didasarkan pada kebutuhan individu, masyarakaat, bangsa dan negara, serta
peradaban”. Untuk mencapai hal tersebut, maka penyusunan kurikulum 2013 dimulai
dengan menetapkan standar kompetensi lulusan berupa sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Yang kemudian dilanjutkan dengan penetapan standar isi (materi
pembelajaran) yang ditematikkan, standar proses dengan pendekatan saintifik
yang diharapkan dapat merangsang keingintahuan siswa, dan penetapan standar
penilaian berupa penilaian otentik assessment.
Sehingga pada penguatan tata kelola kurikulum 2013
ini, guru lebih diberikan kesempatan untuk mengembangangkan proses pembelajaran
melalui rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), penguatan proses pembelajaran
dengan pendekatan saintifik serta melakaukan penilaian otentik tanpa harus
dibebani dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu banyak dan
memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru.
B.
Latar Belakang Diperlukannya Pengembangan Kurikulum
Kurikulum pendidikan Indonesia telah mengalami
pergantian sebanyak kurang lebih 11 kali. Mulai dari kurikulum 1947 atau
Rentjana Pelajaran 1947 yang dilaksanakan pada tahun 1950, dan memakai istilah
bahasa Belanda “Leerplan” yang
artinya rencana pelajaran, kurikulum 2004 atau KBK, kurikulum 2006 atau KTSP,
sampai kurikulum 2013 yang telah mengalami beberapakali revisi. Alasan utama
diadakannya pengembangan kurikulum karena dilihat dari fungsi utama pengembangan
kurikulum yaitu untuk menjawab atau mengantisipasi kemajuan ilmu tekhnologi. Memenuhi
kebutuhan peserta didik yang semakin beragam mengikuti perkembangan zaman.
Sehingga diharapkan dengan adanya pengembangan
kurikulum, maka dapat meningkatkan pula kualitas pendidikan yang lebih baik. Pengembangan
kurikulum yang terjadi merupakan proses yang berkesinambungan. Pengembangan
kurikulum yang terjadi haruslah dilakukan dengan baik dan teliti serta
mempertimbangkan faktor-faktor pendukung dan penghambatnya. Karena apabila
perubahan kurikulum tidak mengarah pada tujuan meningkatkan kulitas pendidikan,
maka akan terjadi kekacuan.
Sumber:
http://www.sekolahdasar.net/2012/12/2013-guru-tak-perlu-lagi-repot-menyusun.html?m=1
http://yuliernamawati07.blogs.uny.ac.id/2015/10/15/alasan-alasan-perlunya pengembangan-kurikulum/
Sanjaya. 2008.
Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan
Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung: PT
Fajar Interpratama Mandiri
Langganan:
Komentar (Atom)